Dosen dari Dua Negara jadi Pemateri dalam Konferensi Internasional di Sultra
KENDARI, LENTERASULTRA.COM- Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Universitas Halu Oleo menggelar kegiatan akademik, bertajuk konferensi internasional. Kegiatan ini berfokus pada pendidikan, linguistik, sastra, budaya, serta literasi.
Acara ini menghadirkan dua nara sumber dari luar negeri. Mereka adalah i Mr Prof Dr Willy Renandya yang merupakan Dosen Nanyang Technological University dari Singapura dan Mahjabeen Hussein Ed D merupakan Independent Researcher and Advisor Iowa City, USA. Selain itu, ada juga Prof Dr Herlina MPd merupakan Dosen Universitas Negeri Jakarta. Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sekaligus Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara juga menjadi narasumber utama.
“Mewakili Gubernur Sultra, saya mengucapkan terimakasih kepada narasumber, guru, dosen, termasuk mahasiswa yang menyampaikan pengalaman best practice mereka dalam belajar dan mengajar Bahasa Inggris. Termasuk kepada seluruh pihak terkait sehingga akademik konferensi internasional ini terselenggara dan berjalan sukses,” kata Asrun, Jumat, 28 Oktober, 2022.
Asrun bilang, Pemprov Sultra melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) kini terus berupaya meningkatkan kompetensi dan life skills generasi muda Sulawesi Tenggara (Sultra) khususnya dan generasi muda Indonesia pada umumnya. Selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra, ia mengakui dalam dunia pendidikan di Sultra terdapat gap, hambatan, dan tantangan pendidikan meliputi bidang bahasa, sosial dan sains, teknologi pendidikan, serta literasi, baik itu terjadi pada pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kompetensi dan life skills maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan seperti konferensi internasional. Karena ini dinilai mampu menjembatani para ilmuwan, akademisi, termasuk di dunia internaional maupun nasional dalam mendiskusikan isu-isu terkait gap, hambatan, dan tantangan dimaksud dengan pendekatan model Kurikulum Merdeka Belajar.
Ketua IKA Program Bahasa Ingris UHO ini melanjutkan, kegiatan yang bertemakan freedom to learn : fostering quality education and removing classical barriers in language education and literacy juga dinilai mampu lebih mensosialisasikan kurikulum merdeka belajar, mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan bahasa, sastra, linguistik, dan budaya.
“Selain itu, kegiatan ini mampu menyajikan dan membahas hasil-hasil penelitian di bidang pendidikan bahasa, sastra, budaya, dan linguistik. Termasuk bagaimana menemukan solusi dan best practices terhadap permasalahan pendidikan, ” paparnya. (ADV)