Krisis Kelaparan Makin Parah di 47 Negara
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Bencana kelaparan secara global kini menjadi persoalan yang dihadapi oleh sejumlah negara. Global Hunger Index (GHI) 2021 menunjukkan situasi kelaparan yang mengerikan di dunia saat menghadapi banyak krisis.
Tingkat kemajuan menuju “Kelaparan Nol” pada tahun 2030, yang sudah terlalu lambat, dan menunjukkan tanda-tanda stagnan atau bahkan berbalik arah. Laporan tersebut adalah publikasi tahunan keenam belas dari Indeks Kelaparan Global, satu laporan yang diterbitkan bersama oleh Concern Worldwide dan Welthungerhilfe.
Melansir dari asiatoday.id, berdasarkan proyeksi GHI saat ini, dunia secara keseluruhan dan 47 negara pada khususnya, akan gagal mencapai tingkat kelaparan yang rendah pada tahun 2030.
Konflik, perubahan iklim, dan pandemi Covid-19 yakni tiga kekuatan paling besar dan berpengaruh yang mendorong kelaparan, mengancam untuk menghapus kemajuan apa pun yang telah dibuat dalam melawan kelaparan dalam beberapa tahun terakhir.
Tahun 2021, Indonesia berada di urutan 73, di bawah Gambia dan di atas Kamerun. Sementara Myanmar yang baru dilanda konflik akibat kudeta militer berada di urutan 71. India yang merupakan negara besar berada di peringkat 101, di atas Papua Nugini (102) dan Afghanistan (103 dan Nigeria (103), serta Timor Leste (108). Di posisi juru kunci (116), Somalia yang menutup daftar GHI.
Meskipun skor GHI menunjukkan bahwa kelaparan global telah menurun sejak tahun 2000, kemajuannya melambat. Skor GHI untuk dunia turun 4,7 poin, dari 25,1 menjadi 20,4, antara tahun 2006 dan 2012, hanya turun 2,5 poin sejak 2012. Setelah beberapa dekade menurun, prevalensi global kekurangan gizi yakni salah satu dari empat indikator yang digunakan untuk menghitung GHI skor, mengalami peningkatan.
Fokus esai khusus tahun ini oleh Caroline Delgado dan Dan Smith dari Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) adalah pada persimpangan konflik dan kelaparan, dan langkah-langkah yang harus diambil untuk memutuskan hubungan antara keduanya untuk berkontribusi pada planet yang lebih damai dan aman pangan.
Tanpa mencapai ketahanan pangan, akan sulit untuk membangun perdamaian yang berkelanjutan, dan tanpa perdamaian kemungkinan untuk mengakhiri kelaparan global sangat kecil. Hubungan dua arah antara konflik dan peningkatan kerawanan pangan dan antara perdamaian dan ketahanan pangan berkelanjutan adalah unik untuk setiap kasus dan seringkali kompleks. (ATN)