Indonesia Masuk 8 Besar Sebagai Eksportir Produk Perikanan Global
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Indonesia mencatat capaian besar dalam aktivitas ekspor perikanan global selama masa pandemi Covid-19. Di saat perdagangan produk perikanan dunia turun diangka 7 persen dibanding 2019 lalu, ekspor produk perikanan Indonesia justru mengalami peningkatan signifikan. Indonesia bahkan berhasil naik 2 peringkat di posisi 8 sebagai eksportir utama produk perikanan dunia tahun 2020.
Berdasarkan data yang dirilis oleh ITC Trademap, nilai ekspor produk perikanan Indonesia tahun 2020 mencapai USD5,2 miliar atau tumbuh positif 5,7 persen dibandingkan tahun 2019. Berbanding terbalik dengan Indonesia, sebagian besar negara eksportir utama produk perikanan dunia mengalami penurunan cukup siginifikan dibanding 2019, seperti China turun 7,8 persen, Norwegia turun 7,5 persen, Vietnam turun 2,1 persen, India turun 15,1 persen, Thailand turun 2,2 persen, dan Ekuador turun 1,5 persen.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti mengungkapkan, peningkatan peringkat eksportir Indonesia ini merupakan pencapaian yang luar biasa hasil kolaborasi intensif antara eksportir, pemerintah dan seluruh stakeholders yang terlibat.
“Indonesia yang memiliki sumber daya perikanan melimpah telah bergerak untuk menyuplai produk perikanan bergizi yang sangat diperlukan masyarakat global di masa pandemi Covid-19. Kenaikan peringkat Indonesia sebagai eksportir utama dunia merupakan kerja keras antara eksportir, pemerintah dan seluruh stakeholders yang terlibat yang secara bersama-sama saling bahu membahu untuk bangkit dimasa pandemi ini,” kata Artati saat menyampaikan perkembangan ekspor produk perikanan Indonesia di Jakarta, dikutip Senin (16/8/2021).
Artati menjelaskan Amerika Serikat, Jepang dan China masih menjadi tujuan utama ekspor produk perikanan dunia dengan rata-rata nilai ekspor tahun 2016-2020 masing-masing sebesar USD23,08 miliar, USD15,26 miliar dan USD13,80 miliar.
Dalam kurun waktu tersebut, trend impor Amerika Serikat dan China cenderung positif dengan peningkatan masing-masing sebesar 2,5 persen dan 15,5 persen, sedangkan impor Jepang mengalami penurunan sebesar 1,4 persen.
Lebih lanjut, pangsa pasar produk perikanan Indonesia di ketiga pasar utama dimaksud mengalami peningkatan 4,6 persen, 1,3 persen dan 6,2 persen.
Jika dilihat berdasarkan komoditasnya merujuk data ITC Trademap, Udang masih menjadi komoditas unggulan disusul Tuna – Cakalang (TCT) dan Cumi – Sotong – Gurita (CSG), Rajungan – Kepiting dan Rumput Laut. Selama tahun 2020, nilai ekspor Udang Indonesia mencapai USD2,04 miliar atau 8,8 persen terhadap nilai impor total Udang dunia.
Sedangkan, TCT sebesar USD724 juta (5,0 persen), CSG sebesar USD509 juta (6,0 persen), Rajungan – Kepiting sebesar USD368 juta (6,8 persen) dan Rumput Laut sebesar USD280 juta (11,4 persen).
Direktur Pemasaran, Ditjen PDSPKP KKP, Machmud mengungkapkan, kinerja tersebut merujuk data sementara Badan Pusat Statistik (BPS) 480 kode HS 8 digit produk perikanan.
“Secara kumulatif periode Januari – Juni 2021, nilai ekspor produk perikanan mencapai USD2,6 miliar atau naik 7,3 persen dibanding periode yang sama tahun 2020 dengan surplus neraca perdagangan sebesar USD2,3 miliar atau naik 6,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan hingga akhir tahun ini, nilai ekspor produk perikanan ditargetkan USD6,05 miliar. Sehingga Juni ini telah tercapai 43 persen dari target tahun ini,” terang Machmud dikutip dari asiatoday.id.
Machmud menyampaikan, nilai ekspor produk perikanan pada bulan Juni 2021 mencapai USD464,2 juta atau naik 24,3 persen dibanding Mei 2021. Angka ini juga meningkat 17,7 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
“Ini menunjukkan bahwa sektor kelautan dan perikanan bisa menjadi pengungkit ekonomi sekaligus peluang di masa pandemi,” sambungnya.
“Dari data ini juga terlihat bahwa produk-produk kita diburu oleh negara-negara maju,” jelas Machmud.
Machmud menjabarkan Udang menjadi komoditas ekspor utama Indonesia. Nilai ekspor komoditas ini mencapai USD1 miliar atau 40,1 persen terhadap total nilai ekspor.
Kemudian Tuna – Cakalang – Tongkol sebesar USD334,7 juta (12,9 persen), Cumi – Sotong – Gurita sebesar USD268,6 juta (10,4 persen), Rajungan – Kepiting sebesar USD256,6 juta (9,9 persen), Rumput Laut sebesar USD144,6 juta (5,6 persen) dan Layur sebesar USD44,2 juta (1,7 persen).
Lebih lanjut, Machmud mengatakan bahwa keaktifan KKP melalui Ditjen PDSPKP dalam berbagai perundingan penurunan hambatan tarif dan non tarif dalam forum bilateral, regional maupun multilateral menjadi salah satu upaya dalam mendorong peningkatan ekspor produk perikanan.
“Berbagai perundingan diantaranya cross cutting issues Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), ketentuan Marine Mammal Protection Act (MMPA) Komoditas Tuna dan Rajungan, Joint Feasibility Study Group (JFSG) Free Trade Agreement dan sebagainya,” ujar Machmud.
Upaya lainnya, tambah Machmud, memperkuat branding produk perikanan Indonesia di pasar global dengan tagline “Indonesia Seafood: Naturally, Diverse, Safe and Sustainable”.
Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan di triwulan kedua 2021 melonjak hingga 9,69 persen. Kontribusi PDB Perikanan pada perekonomian nasional pada triwulan kedua 2021 sebesar Rp118 triliun, naik dari triwulan sebelumnya Rp109 triliun. Kenaikan ini menandakan sektor perikanan menggeliat meski pandemi Covid-19 belum berakhir. (ATN)