NTT Dilanda Siklon Tropis Seroja, Perubahan Iklim Jadi Ancaman Nyata di Indonesia

504

NTT Dilanda Siklon Tropis Seroja, Perubahan Iklim Jadi Ancaman Nyata di Indonesia

Related Posts
PENGUMUMAN KPU KABUPATEN MUNA  

Pengumuman Kabupaten Bombana

 

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Perubahan iklim global kini menjadi ancaman nyata bagi Indonesia. Pasalnya, peristiwa bencana banjir dan tanah longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu (4/4) dini hari, terjadi akibat badai Siklon Tropis Seroja.

Menurut Peneliti Meteorologi dan Klimatologi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Prof Edvin Aldrian, dibutuhkan strategi pemulihan kehidupan masyarakat yang terdampak bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim yang telah nyata mengancam seluruh aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

“Siklon tropis Seroja di NTT adalah bukti dampak perubahan iklim karena terjadi di area yang tidak semestinya. Siklon tropis seharusnya terjadi di daerah di atas 10 derajat lintang utara dan 10 derajat lintang selatan. Sementara, NTT terletak di garis 8 derajat lintang selatan,” jelas dia melalui keterangan tertulisnya Jumat (9/4/2021).

Edvin menjelaskan, sebagai negara yang terletak di khatulistiwa, Indonesia cenderung tidak dilintasi oleh siklon. Seperti halnya anomali siklon tropis Varney yang terjadi di Batam pada 2001 lalu, kejadian ini nyatanya tidak diikuti oleh bencana lanjutan karena sifat siklon yang akan menjauh dari daerah tropis.

“Namun tetap saja kita harus menyiapkan kesiapsiagaan khusus terhadap fenomena anomali siklon tropis lainnya, mengingat Indonesia bukan termasuk jalur siklon,” imbuhnya, dikutip dari asiatoday.id.

Edvin mengungkapkan, kemunculan siklon tropis Seroja juga tidak terlepas dari peningkatnya suhu di permukaan laut yang lebih hangat sebagai akibat dari pemanasan global.

“Heat capacity yaitu kemampuan laut menyerap panas berkurang, sehingga tidak mampu meredam siklon yang sudah di atas ambang batas kapasitas. Di daerah tropis. Heat capacity ada di batas 300 celcius,” jelas Edvin.

Untuk mengurangi dampak perubahan iklim, maka manusia bisa mengurangi pemanasan bumi dari hal-hal yang bersumber dari diri mereka sendiri. Misalnya berhemat energi, mulai dari pemakaian transportasi, listrik dan energi lainnya.

“Energi hanya bisa berubah bentuk dan berpindah tempat saja. Maka manusia sebaiknya memakai energi sesuai kebutuhan, bukan berdasarkan keinginan,” tandasnya.

Sebagai referensi, bencana banjir dan longsor di NTT mengakibatkan kerugian material dan nonmateril bagi masyarakat setempat. Menurut data BNPB per Kamis (8/4/2021), sebanyak 163 orang meninggal, 45 orang hilang, dan ribuan orang terdampak bencana ini. (ATN)

Get real time updates directly on you device, subscribe now.

BERITA TERBARU