Pelan-pelan Pertamina Mulai Geser Premium
KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium berlahan mulai digeser keberadaannya di depot-depot pertamina. Hal itu dilakukan agar masyarakat mulai beralih ke bahan bakar minyak yang lebih ramah lingkungan, berkualitas dan juga sehat.
Senior Supervisor, Communication and Relation Pertamina Regional Sulawesi, Taufik Kurniawan menjelaskan bahwa PT Pertamina selaku BUMN mulai giat melakukan edukasi terkait bahan bakar minyak yang ramah lingkungan dan juga sehat. Ia mengatakan selama ini bahan bakar minyak jenis premium mengandung Pb (timbal). Selain polusi udara yang akan tercemar nantinya, bahan bakar yang mengandung Pb ini juga akan menggangu kesehatan.
“Kami semakin gencar melakukan edukasi terkait BBM agar masyarakat beralih ke BBM yang lebih berkualitas, sehat dan ramah lingkungan seperti BBM jenis pertalite, pertamax, dan turbo serta dexlite,” ungkap Taufik.
Sampai saat ini, melihat daya beli masyarakat Kota Kendari mulai banyak yang sadar akan hal itu. Masyarakat berlahan mulai mengetahui kualitas yang baik untuk kendaraan dan untuk kesehatan. Terbukti, survei yang menunjukan hanya sisa 30 persen masyarakat Kota Kendari yang masih menggunakan premium.
“Melihat daya beli BBM premium masyarakat di Kota Kendari hanya sisa 30 persen saja, namun bisa jadi mereka yang masih menggunakan BBM premium ini belum teredukasi,” tambahnya.
Selain itu, Sales Branch Manager Sulseltra PT Pertamina (Persero) MOR VII, Mahdi Syafar, juga mengatakan bahwa penggunaan BBM ramah lingkungan dapat mengurangi risiko kerusakan lingkungan dengan emisi buang kendaraan bermotor yang lebih kecil. Dengan rincian pertamax oktan 92 dan pertamax turbo oktan 98 merupakan campuran BBM untuk menghasilkan pembakaran mesin berkualitas
“Jadi semakin tinggi oktan yang dicampurkan, pembakaran mesin akan lebih optimal sehingga emisi buangnya akan lebih kecil dan bisa mengurangi pencemaran lingkungan,” kata Mahdi.
Ditempat yang sama, Kepala Bidang Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Kendari, Ratna Sakai mengatakan, bahwa polusi udara terbesar di Kota Kendari berasal dari polusi udara yang disebabkan asap kendaraan bermotor. Oleh sebab itu dibutuhka kesadaran masyarakat agar Kendari tidak berubah status menjadi zona merah yang disebabkan oleh polusi udara. (B)
Reporter: Sri Ariani
Editor: Wulan