Dari Keraton Menyusuri Kali Ambon, Jelajah Alam Bersama Sukarelawan Hijau Baubau
BAUBAU, LENTERASULTRA.COM – Alam merupakan guru terbaik, karena setiap adegan petualangan pasti akan mengajarkan ilmu yang sangat berharga untuk kita. Ungkapan ini sangat tepat untuk menggambarkan field trip yang diadakan Sukarelawan Hijau Baubau (SHB), di Benteng Keraton Buton, Minggu (15/11/2020).
Pagi itu, cerahnya matahari pelan merambat di bebatuan Lawana Dhete. Bebatuan itu tersusun rapi. Berbentuk sebuah gerbang yang terletak di sebelah timur benteng terluas di dunia. Di depan gerbang itu, puluhan anak berbaris rapi. Senyum melengkung di bibirnya. Mereka tampak telaten membersihkan tangan dengan hand sanitizer. Selain mengenakan masker, ini protokol Covid-19 yang disiapkan panitia.
Sembari menunggu kehadiaran anak yang lain, kegiatan dimulai dengan latihan gerak (pemanasan). Ini wajib dilakukan, karena sebentar lagi, satu kegiatan jelajah alam akan mereka lewati. Akan ada banyak tantangan yang bakal dihadapi.
Beberapa dari mereka, matanya terlihat berbinar menyimak kakak-kakak dari komunitas SHB menjelaskan ihwal poin aturan dan rute jalan. Apalagi, anak-anak itu juga diberi balase, keranjang etnik dari anyaman daun agel, asli buatan pengrajin Buton.
Ada buku panduan, tumbler (kemasan air isi ulang) dan alat tulis yang disusun rapi di dalam balase. Juga pita kertas yang disematkan di dada peserta. Sekira pukul 09.00 Wita, anak-anak memulai perjalanan menuruni bukit. Melewati puluhan anak tangga menuju pos pertama.
“Sekarang kita berada di tepi kali. Ada yang tahu sifat-sifat air?” tanya Kak Adnan, kordinator lapangan kegiatan field trip ini.
“Saya kak, saya ak,” Anak-anak berebut jawab sembari mengacungkan tangan. Kak Adnan menunjuk satu anak yang memakai kaos biru. Usianya sekitar tujuh tahun.
“Nama saya Husain. Sifat air adalah mengalir,” jawabnya mantap.
“Benar,” tepuk tangan membahana.
Selain menjelajah alam, kegiatan ini juga diselingi pemaparan singkat perihal pentingnya menjaga lingkungan. Kakak-kakak dari SHB menjelaskan ciri-ciri daun pada tumbuhan tropis, bagaimana bebatuan kali terbentuk, apa-apa yang mesti dilakukan agar terhindar dari musibah banjir, dan lain sebagainya.
Yang menarik, ketika anak-anak bertemu dengan kumpulan hewan kecil yang bergerak lincah di permukaan air. “Ini laba-laba air yah, kak?” tanya Linda.
“Oh, itu namanya anggang-anggang,” terang Kak Adnan. “Semacam Laba-laba air yang hidup di bagian paling jernih dari aliran air,” jelasnya.
Terik matahari yang mengintip dari celah-celah rerimbunan pohon, tak sedikit pun mengurangi semangat anak-anak menelusuri tantangan alam.
Selepas melewati aliran Kali Ambon bermodal seutas tali, rombongan sampai di pos dua (kebun cokelat). Lalu berjalan pelan meniti tepian kali hingga sampai di pos tiga. Di tempat ini, anak-anak menyerah dengan godaan air kali yang bening dan sejuk. Beberapa anak mencoba mencelupkan badannya. Awalnya, masih setengah. Kemudian, “byur” tubuhnya kuyup utuh.
“Yeeee,” anak-anak lain akhirnya basah serta, asik mandi dan saling mengecipak air. Beberapa orang tua yang turut serta dalam kegiatan ini tampak bahagia melihat anaknya bisa tertawa lepas.
Salah satunya Anggun (32 tahun) yang membawa serta tiga anaknya. “Saya sangat bahagia melihat anak-anak saya bisa belajar dan bermain bebas di alam terbuka. Apalagi bisa sampai bermain air seperti ini. Maklum, selama ini mereka terkurung di rumah karena pandemi,” tuturnya.
Keseruan berlanjut di pos empat. Peserta field trip dibawa ke kebun untuk diperkenalkan dengan aneka buah dan sayuran. Mereka juga memanen wortel serta memberi makan beberapa ekor sapi di kandang berukuran sekitar 10×6 meter.
Di lorong-lorong sekitar rumah kebun, anak-anak bersua dengan beberapa unggas seperti ayam, itik, bebek, dan angsa yang berkeliar bebas mencari makan.
Di pos empat inilah kegiatan diakhiri dengan foto bersama dan penyerahan sertifikat secara simbolis dari panitia. Dilanjutkan dengan berjalan lagi menyusuri kali, hingga sampai di Jembatan Beli. Rombongan telah ditunggu oleh bus besar berwarna biru putih yang mengantar kembali ke titik nol: Lawana Dhete Keraton Buton.
Ditemui setelah kegiatan, Yunan, selaku Ketua SHB memaparkan, secara umum tujuan field trip ini adalah mendorong aksi kolektif anak-anak sebagai peserta agar secara sadar dan sukarela, berjejaring, serta berkelanjutan menerapkan perilaku ramah lingkungan pada kehidupan sehari-hari mereka.
“Ini merupakan bentuk integrasi antara kegiatan pembelajaran dan penerapan perilaku ramah lingkungan di sekolah mereka dan di masyarakat,” pungkasnya. (Ads/Suhardiyanto)
#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibubapakpakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan
#cucitangandengansabun