Kuliah di Dua Kampus dalam Waktu Bersamaan, Mahasiswa Asal Bombana Ini Sukses Terbitkan Buku
KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Aalfian Aalfaea, mahasiswa asal Bombana, Sulawesi Tenggara ini tak biasa. Ia menempuh pendidikan di dua universitas secara bersamaan.
Ya, pelajar kelahiran Tontonunu, 05 Agustus 1999 ini berstatus sebagai mahasiswa Jurusan Filsafat Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar sekaligus Mahasiswa Jurusan Sastra di Institut Sastra Makassar (ISM).
Namun meski menempuh pendidikan di dua univeritas sekaligus, putra ke tuju dari sepuluh bersaudara ini juga menyibukkan diri dengan penulisan karya sastra berupa puisi.
Sastra diakui alumni SMK Negeri 03 Bombana ini telah menjadi bagian dari dirinya. Sejak duduk di bangku SMP, Aalfian sudah mulai tertarik dengan larik-larik puisi yang indah. Ia pun menempa dirinya sejak saat itu dengan bergabung dalam program ekstrakurikuler sastra di sekolahnya.
“Dulu di sekolah saya ada ekstrakurikuler pengembangan bahasa dan sastra, di program inilah saya mulai berkenalan dengan para penyair seperti Chairil Anwar, Zawawi Imron, Subagio dan penyair lainnya,” jelasnya.
Alhasil, di usia 20 tahun, kini Aalfian telah merampungkan buku bergenre sastra dengan jumlah halaman 95 lembar. Karyanya ini sudah dicetak dua kali oleh penerbit eSA Publishing pada September 2019 dan Februari 2020 dengan jumlah lebih dari 100 eksemplar.
Karyanya yang ia beri judul “Judul Apa yang Cocok Untuk Buku Ini? berisi 59 puisi karyanya sendiri, yang ia tulis sejak 2017-2019.
Alfian yang hobi membaca dan menulis tersebut mulai terinspirasi menulis buku karena adanya dorongan dari dalam dirinya yang menolak mati sebelum menerbitkan buku. Ia berpegang teguh pada prinsipnya, bahwa menerbitkan buku seperti menerbitkan dunia baru bernama kebebasan.
“Saya berpikirvmenerbitkan buku itu seperti menerbitkan dunia baru bernama kebebasan, di dalam dunia itu saya bisa hidup selama apa saja, di dalamnya saya bisa menjadi siapa saja, saya bisa melakukan apa saja dan sebagainya. Saya menulis karena saya ingin bebas, hanya dengan menulislah saya menemukan kebebasan yang sebenar-benarnya kebebasan,” jelasnya.
Menulis puisi bagi Aalfian adalah pelarian dari rutinitas yang menyebalkan. Menulis puisi layaknya berhenti sejenak untuk memulihkan sisi aneh dalam dirinya seperti mengembalikan kekanak-kanakan yang semakin hari semakin hilang dari sisinya.
“Jadi tetap semangat menulis, jika kehabisan tenaga, jedalah sejenak, luangkan waktu untuk membaca lebih banyak buku, karena di dalam buku ada banyak tenaga yang siap pakai,” tukasnya.
Di tahun 2020 ini, Aalfian tengah mengerjakan proyek naskah puisi yang lebih menantang, dengan bentuk dan kemasan yang lebih segar. Gagasannya tentang reinterpretasi atau redefinisi subjek atas identitas diri dan identitas sosialnya. (P1/A)
Editor: Wulan