Cegah Terorisme, Aparat Desa Sultra Dibekali Literasi Informasi
KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Penelitian yang dilakukan oleh BNPT menegaskan bahwa radikalisme dan terorisme masih menjadi ancaman nyata hingga saat ini. Paham ini banyak bermula dari sikap intoleransi yang kemudian dipupuk dengan berbagai narasi kebencian dan propaganda radikalisme akan menjadi aktor-aktor teroris yang siap untuk melakukan teror. Demikian diungkapkan oleh Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Dr. Hj. Andi Intang Dulung, dalam kegiatan rembuk aparatur kelurahan dan desa tentang literasi informasi di Kendari, Rabu (11/9/2019). Kegiatan yang dilaksanakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), Sultra ini mengusung tema “Saring Sebelum Sharing”.
Selain memberikan pemahanan terhadap informasi mana yang benar dan salah di dunia maya, kegiatan ini juga sebagai upaya untuk mencegah aksi terorisme dan radikalisme. Tiga narasumber dihadirkan untuk memberikan materi dalam acara tersebut. Diantaranya Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT RI, Dr. Hj. Andi Intang Dulung, Ketua Bidang Media, Humas, dan Sosialisasi FKPT Sultra, Milwan Lukman, dan Anggota Dewan Pers dari Unsur Tokoh Masyarakat, Yosep Adi Prasetyo.
Menyadari bahaya radikalisme dan terorisme yang masih mengintai setiap waktu, BNPT tidak dapat bekerja sendirian. Dibutuhkan sinergi yang massif dan komprehensif dengan semua elemen aparatur negara dan masyarakat, kemudian terbentuklah Forum Koordinasi Pencegahan terorisme (FKPT) yang berlokasi di 34 Provinsi sebagai kepanjangan BNPT di tingkat daerah.
“Tugas pokok FKPT menghadirkan seluruh tokoh agama, pendidikan, perempuan, aparat, akademisi (penelitian) dan pemuda untuk secara bersama-sama menanggulangi sebaran paham radikalisme ditengah-tengah masyarakat,” ujar Hj. Andi Intang Dulung.
BNPT sepenuhnya menyadari bahwa dengan arus informasi yang sedemikian deras, hampir semua orang baik yang tinggal di perkotaan maupun di pedesaan telah terkoneksi dengan internet. Peluang inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk menyebarkan propaganda dan paham-pahamnya yang menyesatkan masyarakat.
“Satu keluarga yang terbuai oleh propaganda kelompok radikal ISIS melalui media sosial, setelah berangkat ke Suriah baru menyesal karena semua propaganda ISIS ternyata bohong bahkan hidup dalam ketakutan,” ungkapnya.
Melalui rembuk aparat kelurahan dan desa ini, diharapkan aparatur negara paham bagaimana menggunakan media sehingga dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakatnya, agar tidak mudah tersusupi paham radikalisme.
“Mohon kiranya bagi aparat ketika melihat keadaan aman, jangan terlena, jika ada pendatang atau orang yang baru segeralah berkoordinasi sehingga dapat dicegah sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, terutama berkaitan dengan bahaya paham radikalisme,” tutupnya.
Reporter: Rais
Editor: Wuu