Kasus di SMPN 1 Kendari : Dikira Obat Gemuk, Ternyata Narkoba

Tiga orang siswi SMPN 1 Kendari yang ikut terjaring dalam kasus penyalahgunaan Narkoba jenis tembakau gorilla, beberapa waktu lalu. Mereka mengaku menyesal dan senang karena masih diizinakan sekolah lagi. FOTO :HIKMAH

 

KENDARI, LENTERSULTRA.COM-13 pelajar SMPN 1 Kendari yang terjerat kasus penyalahgunaan narkoba masih dalam pengawasan serius pihak sekolah. Empat diantaranya malah masih menjalani rehabilitasi dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Sultra. Ternyata, dari pengakuan para pemakai, ada yang hanya coba-coba dan karena diajak kawan lainnya.

“Saya tidak tahu kasian Kak, dikasih tahu katanya Sinte. Saya kira obat penggemuk badan, ternyata narkoba,” aku A, salah satu siswa SMPN 1 Kendari yang ikut dalam pesta Narkoba ala anak-anak remaja yang videonya kemudian viral. A mengaku, tembakau gorila itu ditawarkan seorang kawannnya berinsial S. Penasaran, A dan beberapa temanya pun akhirnya mencoba.

Namanya juga pemula, saat ia menghisapnya sekali langsung merasakan efek pusing. Ia pun segera menolak saat gilirannya untuk mengisap kembali tiba. Ia mengaku kapok dengan kejadian tersebut dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, apalagi kasus itu akhirnya diketahui orang tuanya. Ia merasa bersalah karena sudah bikin malu keluarga.

Sementara itu, pelajar lain berinisial E mengaku bahwa dirinya memang ada dalam gambar video yang berbedar, tapi ia sama sekali tidak menyentuh apalagi ikut mengisap narkoba lintingan tersebut. Katanya, ia kebetulan berada di tempat tersebut karena memang ia berkawan dengan remaja cewek lainnya.

“Tapi ketika disuruh isap, sa buang,” tuturnya. Sebelum viral dan diadukan ke sekolah, E mengaku mencari tahu jenis tembakau yang diisap kawan-kawanya. Saat ia tahu itu Narkoba, seketika ia pucat dan gemetar. “Saya menyesal kasian Kak,” tukasnya.

A dan E menceritakan, ia bersama 11 anak lainnya memang yang akhirnya berurusan dengan sekolah serta BNN. Tujuh orang remaja putri, dan enam lainnya laki-laki. Semuanya diajak oleh kawan lainnya, seorang gadis remaja berinisial R, yang sudah lama mengenal hal-hal semacam itu. R inilah yang menyiapkan barang dan tempat “berpesta”.

Sementara itu, orang tua siswa yang terlibat kasus ini merasa sangat terpukul dan malu dengan peristiwa yang menjerat putrinya. Apalagi ada siswa yang mengaku mendapat hukuman fisik dari orang tuanya sebagai bentuk kekecewaan dan amarah. Untung saja, mereka masih dibolehkan menjalani aktivitas sekolah seperti biasa. Namun, pengalaman ini meninggalkan rasa takut dan penyesalan mendalam. “Kami menyesal sekali, tidak pernah mimpi akan seperti ini. Baru kali ini merasakan ketakutan yang luar biasa. Kami sadar sekarang harus lebih hati-hati dalam memilih teman,” ujar salah satu siswa kelas VIII.

Saat ini, pihak sekolah bekerja sama dengan aparat berwenang dan orang tua untuk melakukan pembinaan serta pendampingan kepada para siswa. Harapannya, kasus serupa tidak terulang lagi dan menjadi pelajaran penting bagi seluruh pelajar agar lebih bijak dalam bergaul.(red)

 

Penulis : Hikmah/Annisa