BOMBANA, LENTERASULTRA.COM-Fokus pemerintahan Edy Suharmanto selama setahun terakhir jadi Pj Bupati di Bombana tidak hanya urusan menjalankan pemerintahan semata. Selain soal inflasi dan harga-harga, Pemkab Bombana juga sangat serius dalam menangani masalah stunting. Tidak main-main, demi melihat anak-anak di daerah itu tumbuh dengan gizi yang baik, duit APBD disiapkan hampir Rp50 Miliar.
Duit sebesar itu, kata Edy Suharmanto seperti dipaparkannya di depan jajaran Irjen Kemendagri, 13 November 2024 lalu, dialokasikan untuk mengintervensi dua aspek penting dalam penanganan stunting yakni aspek spesifik sebanyak Rp16,6 Miliar dan aspek sensitif dengan angka yang jauh lebih besar yakni Rp26, 36 miliar. Semuanya bersumber dari APBD 2024.
“Hasilnya sudah terlihat. Misalnya, untuk aspek spesifik bisa menyumbang penurunan angka stunting sebesar 30 persen dengan sasaran seluruh ibu hamil, Balita dan masyarakat,” jelas Edy. Sedangkan aspek sensitif, sudah menyumbang penurunan stunting sebesar 70 persen dengan menyasar 26 desa, 51.658 Puksesmas, 126 lembaga pendidikan serta 141 keluarga penerima manfaat (KPM).
“Berdasarkan hasil pengukuran nasional tahun 2023, Bombana berada di angka 30,4 persen atau turun dibandingkan sebelum kami menjabat yang berada di kisaran angka 35,3 persen. Khusus prevelensi stunting juga turun dari periode sebelumnya sebesar 4,9 persen,” beber Edy. Sedangkan jumlah anak stunting berdasarkan pencatatan mandiri berada pada agka 19,6 persen atau turun sebesar 0,7 persen dibanding periode sebelumnya.
Menariknya, menurut Direktur Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran (MPBK) Kemendagri ini, pemicu utama stunting di Bombana adalah kebiasaan orang tua merokok dalam rumah, khususnya bagi mereka yang memiliki anak dari usia 0-23 bulan. Ini menjadi faktor paling determinan, yang memengaruhi tumbuh kembang anak. Dari 335 kasus misalnya, 229 orang tua itu perokok aktif. Disusul kurangnya kepemilikan jamban sehat dan air bersih.
“Ada 14 kegiatan yang jadi langkah konkrit kami untuk menekan angka stunting ini,” ungkap Edy. Ia menjelaskan detail satu demi satu mulai dari menjalin kerjasama dengan Politeknik Kesehatan Kemenkes di Kendari, dalam melaksanakan penelitian tentang pola pengasuhan ibu hamil dan Balita terhadap tumbuh kembang anak stunting dimasa 100 hari kelahiran pertama. Hasilnya kemudian dijadikan rujukan dalam percepatan penurunan stunting.
Selain itu, kata Edy, pihaknya juga memberikan insentif kepada kader kesehatan demi memaksimalkan fungsi dan perannya sebagai garda terdepan dalam deteksi dini masalah kesehatan di masyarakat. “Kita juga mendorong ditingkatkannya kunjungan masyarakat ke Posyandu dan ini menjadi syarat pencairan dana desa. Kami sampaikan ke kepala desa agar memonitor antusias masyarakat di desanya datang ke Posyandu, minima 95 persen,” jelas pengganti Burhanuddin ini.
Tidak hanya itu, Pemkab Bombana juga menyediakan pangan bergizi dalam hal ini Dinas Pertanian bakal memperluas penyebaran benih padi berprotein tinggi dan zinc yang sekarang dalam tahap pengembangan oleh dua kelompok tani. Hasilnya nanti bakal disebar ke seluruh kelompok tani dengan harapan nanti hasil pengembangan varietas unggul ini bisa dikonsumsi masyarakat. “Kita juga meningkatkan jumlah penerima bantuan sosial khususnya keluarga miskin beresiko stunting,” tandasnya.(Adv)