BOMBANA, LENTERASULTRA.COM- Peternak sapi di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara kini sedang resah. Musababnya, hewan ternak mereka banyak yang mati. Kuat dugaan, sapi milik penduduk di daerah itu, terserang virus Jembrana. Hingga pertengahan September 2024 ini, jumlah ternak sapi yang mati di Bombana mencapai 406 ekor.
Ratusan sapi yang mati akibat dugaan terserang penyakit Jembrana tersebar di tiga kecamatan yakni, Rarowatu, Rarowatu Utara dan Kecamatan Lantari Jaya. Desa Tahi Ite, Kecamatan Rarowatu, tercatat paling banyak ternak sapi yang mati. Jumlahnya mencapai 311 ekor.
Ratusan sapi yang mati ini milik empat kelompok peternak. Kelompok H. Camang tercatat paling banyak ternak sapinya mati. Jumlahnya sebanyak 256 ekor. Menyusul kelompok Tumbu Tonia 50 ekor. Sementara dua kelompok lain yakni H Maming dan H Nawir masing-masing 3 dan dua ekor sapinya yang mati.
Wilayah Kecamatan Lantari Jaya berada diposisi kedua, yang ternak sapinya mati. Jumlahnya 76 ekor. Puluhan sapi mati ini tersebar di lima desa yakni Desa Langkowala 17 ekor, Lomba Kasih 41 ekor, Kalaero 2 ekor , Lantari 11 ekor dan Desa Anugrah 5 ekor. Sedangkan di Kecamatan Rarowatu Utara, tercatat 19 ekor sapi milik warga yang mati. Puluhan sapi mati tersebar di Desa Marga Jaya 9 ekor, Aneka Marga 3 ekor, Wumbubangka 5 ekor dan Tembe 2 ekor. “Ratusan ekor sapi yang mati berdasarkan hasil laporan dan identifikasi kami di lapangan mulai Maret sampai September 2024 ini,” kata Sarif, Kepala Dinas Pertanian Bombana saat dihubungi via ponselnya, Rabu sore, 18 September 2024.
Mantan Kepala Dinas Perikanan ini menambahkan, pihaknya belum memastikan penyebab ratusan ternak sapi milik penduduk di tiga kecamatan itu mati. Namun Sarif menduga, ratusan ekor sapi itu mati akibat virus Jembrana. Untuk memastikan hal itu, Dinas Pertanian Bombana saat ini tengah menunggu hasil pemeriksaan sampel darah dan organ dalam yang sudah di kirim di Balai Besar Veteriner Maros, Sulawesi Selatan. “Sampelnya sudah dikirim, kami dijanjikan besok atau lusa hasilnya. Mudah-mudahan segera tiba sehingga cepat diketahui virus yang menyerang ratusan sapi tersebut hingga mati,” sambungnya.
Sementara Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian, Surianto Wedda menambahkan berdasarkan ciri-ciri penyakit yang dialami ratusan ekor sapi itu, dia menduga jika ternak warga tersebut mati akibat terserang virus Jembrana. Penyakit ini sering juga disebut penyakit demam tiga hari. Ciri-ciri sapi terserang virus ini mulai dari kurang nafsu makan, panas tinggi berkisar antara 39 sampai 42 derajat celcius, mencret disertai darah, terjadi pembengkakan kelenjar limfe dibahu depan dan yang paling parah keringatnya mengeluarkan darah. Virus Jembrana ini, ditularkan melalui gigitan nyamuk dan lalat. Jika ada lalat atau nyamuk yang mengisap darah sapi yang terinfenksi virus Jembarana lalu pindah atau mengisap darah ternak lain yang sehat, maka siap-siap terjangkit virus yang sama. “Penyakit ini mirip-mirip penyakit demam berdarah pada manusia,” kata Surianto.
Anto sapaan akrabnya mengaku, saat ini pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir bertambahnya sapi yang mati. Salah satu yang dilakukan adalah memberikan vaksinasi kepada sapi-sapi warga yang sehat. Selain itu, juga memberikan vitamin dan antibiotik hingga penurun panas terhadap ternak yang terindikasi terserang virus Jembarana. Tidak hanya itu, kepada pemilik ternak sapi juga diinstruksikan agar memisahkan kandang sapi yang sehat dan terindikasi terserang virus Jembarana. “Sampai sekarang, virus yang berasal dari daerah Jembrana, Bali ini belum ada obatnya. Yang dilakukan hanya berupa vaksinasi,” ungkapnya.
Penulis : Adhi