Pasutri di Bombana Ketahuan Mencoblos di Dua TPS Berbeda

KPU Putuskan PSU di Tahi Ite
KPU Bombana terpaksa menggelar PSU di sebuah TPS di Desa Tahi Ite, Rarowatu akibat adanya pemilih yang mencoblos di 2 TPS berbeda. PSU digelar 24 Februari nanti. Nampak salah satu TPS di Bombana, yang menunjukan antusias warga untuk menyalurkan hak suaranya di Pemilu 2024 lalu. FOTO :IST

 

BOMBANA, LENTERASULTRA.COM-Ulah sepasang suami istri di Kabupaten Bombana sangat tak patut dicontoh. Mereka dengan sengaja dan sukses mengakali penyelenggara Pemilu hingga bisa mencoblos di dua TPS berbeda saat Pemilu, 14 Februari 2024 lalu. Akibat ulah keduanya, satu TPS di Desa Tahi Ite, Kecamatan Rarowatu terpaksa harus dilakukan Pemungutan Suara Ulang (PSU).

“Ya, kami sudah mengeluarkan SK tentang PSU di TPS 03 Desa Tahi Ite, Kecamatan Rarowatu. Pelaksanaannya tanggal 24 Februari nanti,” ungkap Ketua KPU Bombana, Hasdin Nompo saat dihubungi. Ia mengakui, bahwa kondisi itu terpaksa diambil karena adanya sepasang suami istri yang mencoblos di TPS tersebut, padahal sebelumnya mereka sudah mengambil haknya untuk mencoblos di sebuah TPS di Desa Kasabolo, Poleang.

Hasdin menceritakan, Pasutri ini sebelumnya tercatat sebagai pemilih di Desa Kasabolo, Kecamatan Poleang. Nama keduanya tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Hanya saja, secara identitas kependudukan, mereka sudah mengantongi KTP di Desa Tahi Ite. Nah, sebelum ke Rarowatu, pagi harinya ternyata keduanya mencoblos lebih awal di Kasabolo.

“Saat di TPS di Tahi Ite, petugas kami memeriksa nama keduanya. Rupanya tercatat di Kasabolo. Mereka mengaku belum memilih, dan hendak menggunakan fasilitas Daftar Pemilih Khusus (DPK) berbasis KTP. Memang dibolehkan, sepanjang dipandang secara jarak, tidak mungkin bisa di saat bersamaan memilih di dua tempat. Kami memeriksa jari mereka, bersih. Jadi diizinkan memilih,” beber Hasdin.

Mantan Ketua Bawaslu Bombana ini menjelaskan, dalam surat edaran KPU RI bernomor 272, jika seorang pemilih ber KTP di sebuah tempat, tapi DPT-nya ada di daerah lain, maka diminta untuk mencoblos ditempat namanya terdaftar sebagai pemilih. Jika karena alasan jarak tidak memungkinkan, maka bisa dilayani masuk dalam DPK. Itulah kenapa KPPS di TPS 03 Tahi Ite memberi kesempatan mencoblos karena jarak antara Kasabolo dan Tahi Ite relatif jauh dan pemilih juga ingin mencoblos di Tahi Ite.

“Anehnya, dua hari setelah mencoblos, mereka sendiri yang melaporkan hal itu ke Panwas, makanya keluar rekomendasi Panwascam tanggal 18 Februari untuk melaksanakan PSU akibat kasus ini. Kami pun merespon itu dengan mengabulkan rekomendasi,” tukas Hasdin. Meski menduga adanya unsur kesengajaan dalam kasus ini, sebagai penyelenggara teknis, sepanjang memenuhi unsur dan logistik tersedia, maka KPU siap menggelar PSU.

Menurut Hasdin, saat ini pihaknya sedang menunggu kiriman logistik untuk kepentingan PSU dari Surabaya. Apalagi, PSU nanti pemilih yang berjumlah 162 di DPT akan tetap mencoblos lima jenis surat suara. Soal KPPS, Ketua KPU ini menyebut kemungkinan besar akan ada pergantian karena ada beberapa petugas yang memilih mengundurkan diri dengan alasan menghindari kelelahan.

Berdasarkan data real count di Sirekap KPU, di TPS 03 Tahi Ite ini hanya ada dua partai politik yang terlihat menonjol peroleha suaranya yakni PDIP yang meraih 24 suara untuk Caleg nomor urut 1, Johan Salim serta Andi Arwini Puji Novita dari PBB dengan 55 suara. Sementara partai lain tak ada yang mencapai 10 suara, bahkan beberapa kosong.

Ketua Partai Golkar Bombana, Herianto mengaku jika raihan suara partainya tidak akan terpengaruh dengan hasil PSU di Tahi Ite, siapapun pemenangnya. Hasil hitungan internal beringin memperlihatkan jika suara Golkar sudah cukup mengunci satu kursi dari Dapil 4 yang meliputi Rarowatu, Rarowatu Utara, Lantari Jaya dan Matausu.”Insya Allah, Golkar sudah aman satu kursi. Apapun hasil di PSU itu, tidak akan berpengaruh,” yakin Herianto, yang juga Caleg Golkar di Dapil ini.(red)

 

*KPU *Gerindra