BOMBANA, LENTERASULTRA.COM-Bayang-bayang gagal panen kini menghantui para petani padi di Kabupaten Bombana. Kekeringan akibat kemarau panjang menyebabkan 1.325 hektar sawah di delapan kecamatan di wilayah itu mengering dan benar-benar kritis. Jika tidak segera diintervensi, tanaman terancam puso sehingga menyebabkan gagal panen.
“Kekeringan terparah itu ada di Kecamatan Lantari Jaya. Catatan kami, di daerah itu ada 734 hektar sawah yang terancam puso,” sebut Muhammad Siarah, Kepala Dinas Pertanian Bombana. Selain di Rarowatu, kecamatan lain yang tergolong parah menurut Siarah, adalah di Kecamatan Rarowatu Utara. Luas lahan persawahan di Wilayah itu yang terancam gagal panen mencapai 118,5 hektar.
Yang tak kalah mengkhawatirkan, menurut pejabat eselon II Pemkab Bombana ini, kekeringan di Kecamatan Rarowatu yang mengancam 50 hektar sawah. Lalu di Kabaena Tengah ada 34 hektar ladang persawahan yang juga butuh air, termasuk di Kecamatan Mataoleo yang mencapai 29,2 hektar, lalu di Poleang Tenggara ada 14 hektar. “Terakhir yang parah itu ada di Kecamatan Poleang Tengah sekitar 10 hektar,” tukas Kadis Pertanian.
Muhammad Siarah bilang, dampak kekeringan ini menyebabkan potensi kerugian yang sangat besar bagi petani sawah di Kabupaten Bombana. Jika biasanya mereka bisa panen antara 4 sampai 5 ton, namun karena kekeringan ini membuat petani sawah di Bombana kehilangan 4.000 sampai 5.000 ton gabah kering siap panen. Siarah mengaku, lahan yang mengalami kekeringan itu harus segera diatasi, sehingga tanaman padi dipersawahan mereka bisa terselamatkan.
Sejauh ini, kata dia, Dinas Pertanian Bombana telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Sebagai langkah penyelamatan darurat, saat ini dilakukan memberikan bantuan mendesak di daerah-daerah terdampak kekeringan. Diantaranya memfasilitasi pembuatan sumur bor. “Ini yang kami intervensi. Pembuatan sumur bor ini melalui dana tanggap darurat dari BPBD,” katanya.
Siarah mengaku, bantuan sumur bor ini bisa membantu menyelamatkan sebagian lahan persawahan yang mengalami kekeringan. Namun dibeberapa wilayah seperti di Desa Tembe, Kecamatan Rarowatu Utara, lahan persawahan masyarakat tidak bisa lagi terselamatkan, karena tanaman padi diatasnya karena sudah puso. Selain sumber air irigasi yang mengering, juga karena intensitas panas yang memang lebih tinggi lima bulan terakhir.
Kepala Dinas Pertanian ini menambahkan, kemarau di Bombana sudah terjadi sejak bulan April lalu. Empat bulan kemudian, tepatnya di bulan Agustus, petani sawah baru merasakan kemarau dengan kategori ekstrim. “Dampak kekeringan tahun ini sangat merugikan petani. Mudah-mudahan dengan hadirnya bantuan sumur bor bisa segera mengatasi keluhan petani sawah akibat kekeringan,” harapnya.(adv)