BOMBANA, LENTERASULTRA.COM- PT Bukit Makmur Resources (BMR) tidak hanya fokus mengolah biji nikel dengan metode hydrometallurgy heap leach, perusahaan yang beroperasi di Desa Mapila, Kecamatan Kabaena Utara, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara ini, juga tengah menggagas program Food Estate kerjasama dengan Kodam XIV/Hasanuddin.
Proyek ketahanan pangan terintegrasi yang dikembangkan PT BMR ini, ditinjau langsung Panglima Kodam (Pangdam) XIV/ Hasanuddin Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Totok Imam Santoso Rabu, 17 Mei 2023.
Jenderal bintang dua yang berpengalaman di bidang Artileri Medan (Armed) tiba di Kabaena Utara sekitar pukul 09.10 WITA. Abiturien Akademi Militer tahun 1989 ini datang dengan menumpang helikopter milik Direktorat Polairud Polda Sultra.
Di dalam heli, Mayjen Totok Imam Santoso turut didampingi Komandan Komando Resor Militer (Danrem) 143 Halu Oleo, Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Ayub Akbar, Direktur PT BMR Ridho Lestari serta Nely Almatsier General Manager External dan CSR PT BMR.
Kehadiran dua jenderal dan dua petinggi PT BMR ini disambut Komandan Kodim 1413 Buton, Letnan Kolonel (Letkol) Arm Muhammad Faozan, Penjabat (Pj) Bupati Bombana Burhanuddin, Kapolres Bombana Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Teddy Arief Soelistiyo, Ketua DPRD Bombana Arsyad, Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Bombana Horas Erwin Siregar serta sejumlah manager PT BMR. Mayjen Totok dan Brigjen Ayub lalu menuju kendaraan roda empat yang sudah disiapkan, kemudian diarahkan menuju lahan Food Estate yang digarap PT BMR.
“Ini tanahnya dari limbah ore nikel ya,” kata Pangdam XIV/Hsn Mayjen Totok Imam Santoso sesaat setelah turun dari mobilnya lalu meninjau lahan Food Estate PT BMR yang ditumbuhi aneka tanaman sayur-sayuran. “Siap Panglima. Ini sudah tumbuh subur dan sudah pernah dipanen,” kata Mayor Inf TNI Budi Prakoso Pabanda Wanmil Sterdaml XIV/Hasanuddin sekaligus koordinator lapangan Food Estate saat mendampingi Pangdam meninjau proyek ketahanan pangan terintegrasi PT BMR.
Mayjen Totok terkesima dengan proyek Food Estate seluas 5 hektar tersebut. Betapa tidak, dengan menggunakan medium tanah dari bekas limbah ore nikel, berbagai tanaman tumbuh diatasnya. Ada pepaya, tomat, cabai, terong, labu putih, labu kuning, kangkung serta tanaman sayur lainnya. Selain itu, ada juga peternakan kambing, ayam petelur, ayam potong hingga budidaya ikan lele dan nila.
Mantan komandan pusat kesenjataan artileri medan ini sepertinya penasaran dengan program ketahanan pangan terintegrasi tersebut. Untuk memastikan rasa penasarannya, Mayjen Totok rela berjalan kaki menyusuri lahan yang ditanami aneka buah, sayuran, peternakan serta perikanan tersebut.
Perwira tinggi TNI kelahiran 30 Mei 1968 ini mengaku, hadirnya aneka sayuran, peternakan dan perikanan di lahan tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bagi perusahaan tetapi juga masyarakat yang ada di sekitar kawasan usaha industri PT BMR. Proyek ketahanan pangan terintegrasi tersebut, juga bisa menekan tingkat inflasi dan memenuhi ketahanan pangan di sekitar wilayah perusahaan.
“Ini (aneka tanaman sayur) nantinya akan mencukupi kebutuhan karyawan juga masyarakat di sini (Mapila dan Wumbulasa). Tapi dengan harga yang net (nilai ekenomi tertinggi). Tidak boleh lebih,” kata Totok dihadapan Direktur PT BMR, Forkopimda serta petinggi-petinggi PT BMR yang mendampinginya serta Pj Bupati Bombana.
Usai meninjau program tersebut, Gubernur Akademi Militer periode 2020-2021 meminta semua pihak untuk mendukung program food estate. Tidak terkecuali bagi Pemerintah daerah Kabupaten Bombana. “Kadis Perikanan, Pertanian dan Peternakan saya minta bisa membantu program ini,” kata Mayjen Totok dihadapan Pj Bupati dan Kepala Dinasnya.
Direktur PT BMR Ridho Lestari mengatakan program ketahanan pangan terintegrasi ini merupakan program kerja sama dengan Kodam XVI/Hasanuddin. “Ini program nasional untuk memenuhi ketahanan pangan,” katanya. Ridho menjelaskan, sebagai tahap pertama, pihaknya menyiapkan lahan sekitar 5 hektar untuk menanam aneka tanaman seperti sayur, buah-buahan dan membudidayakan ikan dan ternak di food estate itu. “Ke depan food estate ini dapat dikelola oleh BUMDes sebagai motor penggerak perekonomian bagi masyarakat sehingga mampu menciptakan kegiatan produktif berbasis pertanian yang dilakukan secara berkelanjutan oleh masyarakat sekitar,” tambahnya.
Ridho Lestari menambahkan di lahan 5 hektar itu sebelumnya merupakan batu-batuan dan tanah berkapur yang tidak memungkinkan ditumbuhi aneka tanaman sayur yang bisa dikonsumsi. Namun PT BMR memanfaatkan dan menyulapnya menjadi lahan produktif. Salah satu caranya, tanah bekas pembangunan kantor termasuk sisa galian ore dibawa ke tanah berkapur itu. Tanah baru itu lalu dibentuk guludan.
Tanah “bedengan” itu kemudian ditanami berbagai sayur-sayuran dan buah-buahan. “Alhamdulillah tanamannya hidup dan sudah dinikmati hasilnya. Sayur dan buah yang ditanam sudah banyak yang dipanen,” ungkap Ridho Lestari.
Usai meninjau proyek food estate tersebut, Panglima Kodam XIV/Hasanuddin bersama Danrem 143 Halu Oleo meninggalkan konsesi Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT BMR. Dandim 1413 Buton, Kapolres, Pj Bupati, Ketua DPRD, Kasi Intel Kejari Bombana dan petinggi PT BMR mengantar keberangkatan Pangdam dan Danrem.
Dengan menumpang heli milik Polda Sultra, dua jenderal TNI kembali menuju Kota Kendari. Sementara rombongan forkopimda Bombana meninggalkan PT BMR sekitar pukul 13.00 WITA. Sementara Pj Bupati dan rombonganya, mereka meninggalkan pulau Kabaena dengan menumpangi speed boat milik salah satu perusahaan tambang di Bombana melalui pelabuhan Tanjung Pising, Kabaena Utara.
Penulis : Adhi