KENDARI, LENTERASULTRA.COM- Konflik perang senjata antara Militer Sudan dan Paramiliter Rappid Support Forces (RFS) di Sudan turut dirasakan dampaknya oleh empat mahasiswa asal Sulawesi Tenggara (Sultra). Mereka terpaksa berhenti sementara kuliah di Sudan dan meninggalkan negara yang terletak di timur laut benua Afrika tersebut. Keempat mahasiswa tersebut telah dievakuasi dan tiba di Indonesia bersama mahasiswa lainnya.
Sebelum konflik terjadi, tercatat empat mahasiswa dari Bumi Anoa yang menempuh pendidikan di Sudan. Mereka berasal dari empat kabupaten dan kota di Sultra. Keempat mahasiswa itu adalah Firzal dari Kabupaten Buton Selatan, Ahmad Ardhani penduduk dengan kartu tanda penduduk Kabupaten Wakatobi, Moch Iqbal Tawakkal MS warga Kabupaten Bombana dan Sadam penduduk dari Kota Baubau.
Empat mahasiswa asal Sulawesi Tenggara ini sudah beberapa tahun melanjutkan pendidikan di Sudan. Mereka kuliah di perguruan tinggi yang sama yakni, Internasional University of Africa. Tiga mahasiswa diantaranya yaitu Firzal, Sadam, dan Iqbal Tawakkal mengenyam pendidikan di Fakultas Dirosah Islamiyyah, Jurusan Hadist sementara Ahmad Ardhani melanjutkan studi di Fakultas Tarbiyah jurusan Bahasa Arab.
Sejak akhir April dan awal Mei, empat mahasiswa Sultra ini berhasil di evakuasi dari Sudan dan telah sampai dengan selamat di Indonesia. “Alhamdullillah sudah selamat dan tiba di Indonesia sejak Selasa, 2 Mei 2023 sekitar pukul enam pagi,” kata Saddam, salah satu mahasiswa Sultra yang kuliah di Sudan saat dihubungi via ponselnya Rabu, 3 Mei 2023.
Pria asal Kota Baubau ini mengaku, untuk sampai ke Indonesia, dia bersama tiga rekannya termasuk mahasiswa Indonesia lainnya membutuhkan tenaga ekstra, perjalanan panjang dan waktu yang agak lama. “Kurang lebih satu minggu baru kami sampai di Indonesia,” sambungnya. Saddam bercerita, empat mahasiswa Sultra terbagi dalam tiga kloter yakni kloter dua, tiga dan empat.
Mahasiswa semester lima Jurusan Hadist, Fakultas Dirosah Islamiyyah, Internasional University of Africa ini terdaftar sebagai kloter terakhir. Saddam tidak ingat pasti kapan meninggalkan Khartoum. Yang jelas saat dia bergeser dari ibukota Sudan, Saddam menumpangi bus yang disiapkan KBRI Sudan. Dengan menempuh perjalanan darat, dia bersama rombongan mahasiswa lainnya diarahkan menuju Port Sudan.
“Sekitar jam 2 siang kami tinggalkan Khartoum, ibukota Sudan. Esok harinya sekitar jam delapan tiba di Port Sudan,” katanya. Dari Port Sudan, Sadam lalu dievakuasi menuju Jeddah dengan menggunakan pesawat TNI Angkatan Udara (AU). Setelah itu, dari Jeddah dia terbang lagi menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Bertepatan dengan peringatan hari pendidikan nasional, Saddam akhirnya tiba di tanah air.
Saat tiba di Jakarta, Sadam, diarahkan menuju Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur. Ditempat ini, dia kembali berkumpul dengan tiga rekannya yang lebih dulu sampai di Indonesia. Mahasiswa Sudan asal Kota Baubau ini mengaku semua fasilitas pemulangannya dari Sudan sampai di Jakarta difasilitasi oleh pemerintah. Sejak tiba di tanah air, Saddam mengaku tengah menunggu pemulangannya ke kota asalnya. Untuk biayanya, dia belum tahu pasti apa menggunakan biaya pribadi atau difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi Sultra atau Pemerintah Kota Baubau. “Kalau teman satunya dari Busel, sudah pulang lebih awal. Dia pulang ke Sorong atas permintaan keluarganya. Dia pakai biaya mandiri,” kata Sadam
Moch Ikbal mahasiswa Sudan asal Sultra lainnya sudah tiba di Tanah Air sejak 1 Mei 2023 lalu. Penduduk asal Kabupaten Bombana ini mengaku ada empat mahasiswa Sultra yang menjadi korban perang bersenjata di Sudan. Anak dari Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bombana, Mappatang ini menambahkan dari empat mahasiswa yang studi di Sudan, dia dan dua rekannya sudah tiga tahun lebih kuliah di Sudan. Sementara satunya yakni Sadam tercatat baru dua tahun setengah menimba ilmu di International University of Africa. “Kami lagi menunggu pemulangan ke Sultra,” kata Ikbal via ponselnya, Kamis, 4 Mei 2023.
Penulis dan editor : Adhi