LAWORO, LENTERASULTRA.COM – Sangat malang nasib Wa Ode Siti Zalia Keki, bocah berusia 2 tahun asal Desa Kampo Balano, Kecamatan Sawerigadi, Kabupaten Muna Barat yang mengidap penyakit hidrostefalus sejak setahun silam.
Wa Ode Siti Zalia Keki merupakan anak bungsu dari pasangan bapak La Ode Haeni dan almarhum ibu Wa Ode Amani. Diketahui anak itu mengidap penyakit langkah itu sejak usianya menginjak 6 bulan usai dilahirkan.
Keadaan Zakia saat ini sangat memprihatinkan. Terlihat pembengkakan pada bagian kepala anak itu semakin membesar dan berbanding terbalik dengan keadaan tubuhnya yang kurus. Akibatnya ia hanya bisa terbaring dan tidak mampu melakukan aktivitas seperti balita lain pada umumnya. Bahkan organ matanya pun tampak terlihat tidak normal.
Dokter Anak RSUD Mubar, Dr. Eva Menyampaikan berdasarkan hasil pemerikasaan, Zakia perlu penanganan lanjut dengan merujuk pasien kerumah sakit yang memadai. Pasalnya, penyakit hidrostefalus yang dideritanya sudah mulai mengganggu tumbuh kembang si anak yang menyebabkan anak tersebut mengalami gizi buruk.
“Menurut keluarganya sampai sejauh ini belum ada keluhan seperti kejang-kejang dan demam. Tapi bagaimana pun juga untuk tatalaksana lebih lanjut harus diperiksa dengan pemeriksaan penunjang seperti ctscan kepala untuk menentukan tatalaksana selanjutnya,” jelasnya saat ditemui diruang kerjanya Rabu, 9 Februari 2023.
Sementara itu, Pj Bupati Muna Barat, Bahri mengaku akan memberi perhatian lebih kepada Zakia balita penderita hidrosefalus itu. Dimana seluruh pengobatannya akan ditangani oleh pemerintah setempat.
“Kita akan bantu pengobatan anak tersebut. Kalaupun anak itu harus dirujuk, baik itu di Kendari ataupun sampai ke Jakarta kita siap. Kalau perlu kita akan patung-patungan,” kata Bahri (9/2/2023).
Atas kepedulian pemerintah daerah itu, La Ode Haeni selaku orang tua Zakia mengucapkan rasa terima kasihnya. Namun ia menolak untuk dilakukan tindakan rujukan maupun operasi pada si anak. Alasannya ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai sumber penghasilan menghidupi beberapa anaknya.
“Saya pikir kasian kakak-kakaknya yang kuliah. Kalau saya ikut dua atau sampai satu minggu, anak-anak saya mau makan apa kasian. Saya tidak mau anak saya putus kuliah,” ungkapnya.
“Dan sebelumnya saya sudah menolak dari kemarin-kemarin waktu saya bawah anak saya di klinik di Raha. Saat itu dokternya bilang harus dirujuk, namun mendengar itu anak saya menolak hingga dia menangis 10 hari 10 malam lantaran dengar mau dioperasi. Kalau tidak dibisik mamanya dikasitau batal operasinya, anak itu tidak mau berhenti menagis. Jadi saya minta maaf kepada Bupati Mubar, bukan saya tidak menerima bantuan dan kepeduliannya kepada kami,” ungkapnya.
Reporter: Sry Wahyuni
Editor: Ode