KONAWE, LENTERASULTRA.COM – Siapa sangka dengan mengumpulkan koin Rp 1.000 setiap hari, Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sadoqah Nadhaltul Ulama (Lazisnu) Kabupaten Konawe dinobatkan sebagai pengelola lembaga pengumpul dan penyaluran zakat infaq dan sadoqah (ZIS) terbaik di Propinsi Sulawesi Tenggara.
Penilain terbaik itu disematkan kepada lembaga dibawah naungan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Konawe oleh kantor perwakilan Bank Indonesia Kendari. Penganugerahan kategori terbaik dilakukan disebuah acara semarak ekspo Usaha Micro Kecil Menengah (UMKM) yang berlangsung akhir pekan lalu.
“Lembaga kami ini masih tergolong muda di Sultra, pasca di lounching Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Meski demikian, pengelolaan dan penyaluran ZIS tetap dilakukan secara profesional dan akuntable. Lewat program unggulan pengumpulan koin Rp 1.000, jumlah donatur maupun dana terkumpul terus menunjukan peningkatan,” ujar Ketua Lazisnu Kabupaten Konawe, Muhammad Agus.
Program koin Rp 1.000 menurut, Agus sejak disosialisasikan 3 tahun lalu mendapat respon positif di kalangan warga nahdiyin, khususnya kalangan ibu rumah tangga. Uang koin yang tadinya hanya tersimpan, bahkan cenderung ‘tidak bernilai’, setiap hari dikumpulkan masing-masing kepala rumah tangga dibawah koordinasi langsung ibu-ibu rumah tangga. Untuk memfasilitasi pengumpulan koin, pihaknya Lazisnu menyediakan tempat khusus berupa kotak infaq yang dibagikan kepada setiap kepala keluarga mulai dari pengurus cabang, kecamatan, desa serta badan-badan otonom NU.
“Alhamdulillah setiap bulan jumlah koin terkumpul mencapai puluhan juta rupiah. Dari dana inilah selanjutnya kami salurkan dalam berbagai bentuk seperti bantuan pengobatan kepada masyarakat kurang mampu, pemberian sembako, bantuan biaya pendidikan, hingga membantu warga mengalami musibah baik bencana alam maupun kebakaran,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Lazisnu juga memberikan layanan gratis penjemputan dan pengantaran warga yang membutuhkan armada angkutan dari rumahnya menuju ke tempat-tempat pengobatan seperti Puskesmas hingga rumah sakit rujukan baik di kabupaten maupun provinsi.
“Kami juga menyediakan layanan pengantaran jenazah gratis kepada warga yang membutuhkan. Layanan ini bukan berarti mengambil alih tugas pemerintah, tapi dengan kondisi daerah yang terbatas serta jumlah armada terbatas, kami hadir dan ikut serta membantu pemerintah,”ungkapnya.
Salah satu program unggulan Lazisnu Konawe yang menjadi sorotan pihak Bank Indonesia sehingga memperoleh predikat terbaik, kata Agus yakni pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui bantuan bergulir kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Jumlahnya saat ini belum begitu banyak, dikarenakan dana yang akan disalurkan juga masih tergolong terbatas.
Program Koin Rp 1.000
Program koin yang diluncurkan PBNU secara nasional berawal dari ide Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah akhir 2015. Progam tersebut berangkat dari besarnya jumlah warga NU di Indonesia, sehingga diperlukan program-program pemberdayaan umat mulai tingkat provinsi hingga kelurahan/desa.
Untuk mewujudkan program tersebut, salah satu kendalanya yakni terbatasnya anggaran. Munculah ide, yakni Gerakan Koin NU Nusantara Menuju NU Mandiri. Program ini berupa kotak infak yang disimpan di rumah-rumah warga. Tujuannya tidak lain mewujudkan kemandirian di tubuh NU sehingga program organisasi berjalan baik dan kemandirian pun terbangun.
Ketua PCNU Kabupaten Sragen, Ma’ruf Islamuddin sebagaimana dikutip nu online menuturkan, program ini awalnya disosialisasikan ditingkat pengurus majelis wakil cabang (MWC)—pengurus NU tingkat kecamatan. Ternyata hasilnya positif, sehingga PCNU kabupaten lain mulai mengadopsi program koin nusantara ini hingga kemudian dijadikan program unggulan PBNU untuk dilakukan seluruh pengurus cabang di Indonesia maupun di luar negeri yang jumlahnya mencapai 560 cabang (PCNU dan PCINU).
Apa keberhasilan program Koin Nusantara NU ini? Salah satunya menurut Ma’ruf, selain mengajarkan berinfaq dan bersedekah rutin kepada warga NU, juga setiap mereka menyimpan koin di kota infaq disertai dengan niat. “Ya Allah melalui infak ini semoga bisa naik haji atau niat lainnya,” begitu kat Ma’ruf.
Awalnya dengar pengurus menaruh kotak infaq, warga risih, tapi sekarang tidak lagi. Justru saat ini warga Sragen sangat antusias. Bahkan, masyarakat yang tidak kebagian kotak infaq meminta sendiri kepada pengurus. Masyarakat senang. Kalau sudah senang pasti mau, apalagi pengelolaannya dilakukan secara transparan.
Saat ini jumlah kotak koin infaq di Kabupaten Sragen sudah mencapai 41 ribu dengan jumlah pengumpulan koin sebesar Rp 5,2 miliar selama 2 tahun (2015-2017).
Jumlah ini belum keseluruhan, masih ada yang tidak kebagian. Kotak infaq yang tadinya dibagikan setiap kepala kaluarga, sekarang atas permintaan sendiri. Tadinya, setiap kepala keluarga (KK) mendapatkan satu kotak, kini berkembang setiap KK bisa terdapat beberapa kotak. Suami satu kotak, istri satu kotak dan anaknya pun satu kotak infaq. (*)