Layangan Purba Suku Muna Kembali ‘Mengudara’ Dalam Festival Nasional Kaghati Kolope

Bupati Muna LM. Rusman Emba menerbangkan Kaghati Kolope sebagai tanda dimulainya Festival Nasional Kaghati Kolope tahun 2022. Foto: Ode

 

 

RAHA, LENTERASULTRA.COM – Layangan tradisional suku Muna, Kaghati Kolope kembali ‘mengudara’ di langit Kota Raha dalam Festival Nasional Kaghati Kolope tahun 2022. Festival yang telah resmi masuk dalam kalender iven nasional ini terselenggara berkat kerjasama Pemkab Muna dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.

Festival Nasional Kaghati Kolope di Kabupaten Muna tersebut dilangsungkan pada Sabtu-Senin tanggal 22-25 Juli. Pelaksanaan festival yang dipusatkan di arena SOR La Ode Pandu itu selain dihadiri langsung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, juga diikuti Komunitas Pelangi Indonesia.

Dalam acara pembukaan pagi tadi, Sabtu, 23 Juli, rangkaian Festival diawali dengan pawai tenunan khas Muna dari 32 organisasi perangkat daerah dan 22 kecamatan. Selanjutnya dilakukan penerbangan perdana Kaghati Kolope oleh Bupati Muna LM. Rusman Emba di SOR La Ode Pandu.

Sekretaris Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan, Kemenparekraf RI, Edi Wardoyo mengapresiasi pelaksanaan festival yang baru kembali dilakukan usai pandemi Covid-19. Ia mengungkapkan jika Kaghati Kolope adalah kekayaan budaya suku Muna yang sudah diakui sebagai warisan tak benda Indonesia. Bahkan saat ini sedang diajukan kepada UNESCO untuk menjadi warisan tak benda dunia.

Menurutnya, kaghati kolope memiliki nilai seni tersendiri karena menjadi layangan daun tertua dan pertama di dunia. Makanya, kaghati kolope harus bisa menjadi sarana ekonomi kreatif bagi pelaku usaha dan masyarakat Muna umumnya. “Bisa menjadi wisata sejarah melalui kegiatan festival seperti ini,” urainya.

Ketua Komunitas Pelangi Indonesia, Sari Madjid menyambut gembira pelaksanaan Festival Kaghati Kolope, setelah fakum beberapa tahun. Dirinya mengetahui persis jika layangan daun tradisional asal Muna ini sudah mendapat tempat terhormat di dunia dalam komunitas layangan maupun iven skala internasional.

“Kami tahu kaghati kolope pernah dapat rekor muri dunia sebagai layangan daun terbesar dengan ukuran 5×4 meter. Pertama di seluruh dunia,” jelasnya.

“Pelayang dunia kangen ke Muna. Rindu dengan kaghati kolope dan keramahan masyarakatnya. Salah satu pelayang Jepang bilang kalau dia pernah kesini dan melihat anak-anak Muna selalu tersenyum,” sambungnya.

Bupati Muna LM. Rusman Emba menjelaskan, kaghati kolope bukan sekedar permainan bagi masyarakat Muna, melainkan menjadi simbol kemajuan perabadan yang bikin bangga hingga kini. Pasalnya, sesuai hasil penelitian Wolfgang yang berjudul The First Kitman yang terbit di majalah Jerman pada tahun 2003, kaghati kolope diyakini berusia lebih dari 4.000 tahun dan telah mematahkan klaim Cina sebagai negara asal permainan itu.

“Ini artinya masyarakat Muna memiliki peradaban tinggi sejak dulu. Sehingga, pelaksanaan festival ini perlu dilakukan untuk promosi kaghati kolope ke nasional dan mancanegara. Makanya kami harap terus mendapat dukungan Kemenparekraf dan festival serupa di tahun depan bisa lebih meriah lagi,” katanya.

Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Muna, Darwi mengatakan acara inti Festival Kaghati Kolope ialah pertandingan menerbangkan layang-layang yang digelar dua hari yakni Sabtu dan Minggu. Adapun peserta dalam lomba ini berasal dari komunitas Pelangi nasional sebanyak empat orang dan masing-masing 32 OPD dan 22 kecamatan.

“Lomba menerbangkan kaghati kolope dimulai siang sampai sore sebentar dan dilanjutkan sampai hari Minggua. Nanti ada juga lomba melukis dan membuat layangan tradisional Muna. Malam Seninnya langsung penutupan dan pengumuman hasil lomba. Sedangkan hari Seninnya tinggal kunjungan ke Gua Sugi Patani,” jelasnya.

 

Ode

Bupati Muna LM. Rusman EmbaFestival Kaghati Kolope MunaFestival LayangFestival Layang-Layang Kabupaten MunaKaghati KolopeKemenparekraf RI