LAWORO, LENTERASULTRA.COM – Bagi kalangan milenial, menjadi petani bukan lagi profesi idaman. Bahkan sekarang cenderung dihindari. Namun tidak demikian dengan La Ode Abdul Wahid. Milenial asal Kabupaten Muna Barat itu berhasil mengembangkan usaha di bidang pertanian di kampung halamannya hingga bisa meraup omset jutaan rupiah perbulannya.
Pemuda 27 tahun asal Desa Marobea, Kecamatan Sawerigadi, Muna Barat ini membagi kisah inspiratifnya kepada Lenterasultra.com. Ia bercerita jika saat ini menggeluti usaha pertanian dengan komoditas buah jambu ragam jenis. Mulai dari jambu batu (kristal), jambu madu hingga jambu Australia. Ia mampu meraup omset 2,5 juta per minggu setiap kali masa panen.
“Jambu kristal kan 25 ribu perkilo, terus permintaan sekarang itu bisa sampe berkuintal di Muna. Kalau kita penuhi saja 1 kuintal perminggu maka hasilnya kurang lebih 2,5 juta. Itu baru jambu kristal, belum lagi penjualan dari jambu lainnya,” katanya saat ditemui di kebun miliknya di Marobea.
Wahid bertutur, permintaan buah jambu saat ini sebenarnya sedang meningkat. Dirinya sendiri sampai tak mampu memenuhi kebutuhan pasar tersebut karena kekurangan tenaga kerja dan hasil panen.
Selain menjual buahnya, Wahid juga mendapat penghasilan terbesar dari penjualan bibit yang dibanderol mulai dari Rp50 ribu sampai Rp500 ribu, tergantung pada ukuran dan kondisi pohonnya. “Bertani ternyata memang menjanjikan,” katanya.
Wahid mengisahkan, dirinya menjadi petani milenial karena terinspirasi dari Riski Elson, pendiri Lentera Bumi Nusantara. Wahid bertemu Riski Elson ketika mendapat pengalaman belajar di perusahaan produsen mobil listrik nasional itu selama 45 hari pada tahun 2017 lalu. Perusahaan tersebut tidak hanya bergerak didunia otomotif, melainkan juga berkecimpung disektor pertanian dan peternakan untuk membantu kehidupan perekonomian masyarakat.
“Saya terdoktrin oleh pemikirannya membangun diri membangun negeri. Jadi kami didoktrin paling tidak sekembali kami ke daerah masing-masing maka kami bisa menjadi lentera dimasyarakat meskipun mungkin hanya cahaya kecil,” ujarnya.
Usai mengikuti kegiatan tersebut, Wahid kemudian kembali ke kampung halamannya di Desa Marobea, Kecamatan Sawerigadi, Kabupaten Muna Barat, Sultra, tahun 2019. Wahid menerapkan ilmu yang didapatkannya dan memulai bisnisnya dengan awalnya menggeluti olahan kelor. Namun usahanya tersebut gagal karena belum memiliki fasilitas dan dana yang memadai.
Gagal di komoditas kelor, Wahid beralih menanam jambu. Ia memulainya dengan beberapa pohon jambu kristal, jambu Australia dan jambu madu. Awalnya dia hanya ingin menarik minat anak – anak agar rajin mengikuti kegiatan literasi di taman baca yang didirikannya. Namun siapa sangka,
sejak ditahun 2020 lalu usahanya terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
“Dulu modal awal hanya Rp 1 juta. Awalnya tanam enam pohon jambu kristal dan 11 jambu air. Setelah saya merasa budidaya jambu cukup menggiurkan jadi saya langsung tambah 100 pohon lagi. Sekarang sudah kebanjiran orderan sampai tidaj mampu memenuhi permintaan pasar,” terangnya.
Mantan jurnalis itu mengaku bisnis yang digelutinya ini akan terus dikembangkan. Ia menargetkan akan membangun kampung jambu Laworo, Muna Barat. Untuk itu ia berharap kepada pada petani terkhusus di wilayahnya untuk bekerja sama membangun daerahnya.
“Saya sudah persiapkan lahan baru seluas tiga hektar untuk mengembangkan bisnis ini dan rencana kedepan saya akan buat kebun agrowisata yang menyuguhkan beberapa jenis tanaman jambu air, jambu biji dan beberapa jenis buah lainnya,” ujarnya.
Reporter : Sry Wahyuni
Editor : Ode