Profil Andi Sambaloge, Anggota DPRD Bombana -Palagan Pengabdian Sang Pengelana Dunia Hitam-

Andi Sambaloge, Anggota DPRD Bombana

Ada satu sosok lelaki istimewa yang kini jadi wakil rakyat Bombana di parlemen daerah. Ia bukan laki-laki biasa. Perjalanan hidup laki-laki ini penuh lika-liku, bahkan luka-luka. Kelam, hitam dan gelap. Ia bernama Andi Sambaloge. “Hanya tiga kejahatan yang belum pernah saya lakukan. Pertama, pakai dan jual narkoba. Kedua merampok, terakhir memerkosa. Kalau yang lain, sudah pernah saya kerjakan,”

Kalimat itu dilontarkan Andi Sambaloge, anggota DPRD Bombana periode 2019-2024 saat bertemu Adhi, jurnalis lentersultra.com, di gedung DPRD Bombana, Selasa (7/12) lalu. Banyak kisah-kisah inspiratif yang dituturkan sang wakil rakyat, ketika diminta bercerita soal perjalanan hidupnya hingga kemudian kini bisa berstatus sebagai seorang legislator. Ia bersyukur, di usianya yang saat ini, hidupnya bisa lebih bermanfaat bagi banyak orang.

Lelaki ini lahir sebagai seorang dengan impian yang luar biasa. Ingin jadi dokter, berniat jadi arsitek, punya cita-cita jadi pelaut, berharap namanya tercatat sebagai seorang prajurit TNI. Sayangnya, segala asanya direnggut takdir. Putus asa, ia memilih jalan tak biasa. Menekuni dunia hitam yang penuh risiko. Takdir pula yang kemudian mengangkatnya dari kelamnya gelap hidup. Kini, Andi Sambaloge adalah anggota DPRD.

“42 tahun lalu, saya lahir di Bone. Saya tamat SMA tahun 1998,” tuturnya. Dari sana semuanya berawal. Andi Sambaloge muda lantas berangkat ke Makassar. Sebagai seorang remaja, ia memasang impian tinggi pada dirinya. Bermodal ijazah SMA yang baru keluar, Andi Samba melamar jadi mahasiswa Universitas Hasanuddin lewat jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Ia membidik jurusan kedokteran dan teknik sipil.

Unhas ternyata menolaknya. Ia gagal seleksi. Andi Sambaloge tak mau menyerah. Harapannya untuk jadi seorang terpelajar tetap ia jaga. Impiannya dialihkan ke jurusan lain, mencoba peruntungan di jurusan pelayaran. Andi Samba lalu mendaftar di Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran (BPLP) Makassar kini berganti nama menjadi Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP).

Andi Sambaloge bersama Istri dan tiga anaknya

“Begitu ji juga. Tidak diterima di pelayaran. Dari situ saya mulai pusing, patah semangat saya,” tukasnya. Andi Samba memilih jadi pengangguran. Tiga tahun ia luntang-lantung tak jelas. Orang tuanya yang berpisah makin membuat dirinya hidup tanpa arah. Ibunya, Hj. Saharibanong, malah sudah lama pergi dari Bone. Sang ibu, merantau ke Bombana tahun 1990 lalu.

“Saya kemudian ikut ibu, datang ke Bombana. Tepatnya di Tepo’e, Poleang Selatan (dulu masih Poleang). Seingat saya tahun 1998 saya pertama kali menginjakan kaki di Bombana,” kenang Andi Samba. Tiba di Poleang, pria ini membuka usaha dengan berjualan rempah, seperti usaha sang ibu. Setahun berada di Bombana, Andi Samba mendapat informasi penerimaan sekolah calon bintara (Secaba) TNI.

Dia kemudian mendaftar lagi. Berbagai tahapan sudah diikuti. Namun takdir belum berpihak kepadanya. Andi Samba gugur diseleksi prapantohir. Gugur di seleksi Secaba, Andi Samba berniat mencoba peruntungan seleksi Tamtama TNI AD. Namun ini tak kesampaian karena orang tuanya tidak merestui.

Gagal melanjutkan pendidikan, orang tua Andi Samba kemudian menyerahkan modal kepadanya. Ia lalu berdagang pakaian. Dengan menggunakan mobil, dia keliling menjual pakaian anak-anak hingga dewasa di sejumlah pasar di Bombana. Mulai dari Tampabulu, Waemputang, Bambaea, Toburi, Kasipute, Lantari Jaya, Rambaha hingga sejumlah pasar lainnya di Kabupaten Kolaka dan Kolut . Aktivitas ini dilakoni selama enam tahun hingga 2005.

Usaha inilah yang membuat Andi Samba bertemu dengan Andi Nurhayani. Perempuan asal Kolaka Utara ini kemudian dinikahi tahun 2005 dan mereka berdua menetap di Kolaka Utara. Di daerah itu, Andi Samba kemudian memutuskan meninggalkan bisnis pakaian. Dia beralih profesi membuka usaha café remang-remang. Dia juga bekerja ilegal dengan menjadi distributor minuman keras (Miras).

Dua tahun membina rumah tangga, istri Andi Samba “berpulang”. Hal ini membuat dia terpukul. Setahun setelah kepergian istrinya, Andi Samba memutuskan kembali ke Bombana seiring dengan penemuan tambang emas. Andi Samba membaca peluang ini. Profesinya di Kolut kemudian dilanjutkan di kawasan pertambangan, berdagang Miras. “Dua tahun saya jual Miras di lokasi tambang itu,” tandasnya.

Di kawasan pertambangan emas Bombana, Andi Samba juga ditunjuk sebagai koordinator pengawas, oleh pemilik lahan. Kepercayaan itu diterimanya setelah berhasil mengeluarkan kelompok preman yang sebelumnya menguasai lahan tersebut. Selama bekerja di tambang, Andi Samba kemudian kembali menikah dengan perempuan dari Kolut bernama Andi Farmuli Arista.

Andi Sambaloge bersama warga di konstituennya

Jadi seorang suami, apalagi saat itu ia jadi calon ayah, Andi Samba berubah menjadi pribadi yang toleran. Saat sang istri memintanya meninggalkan areal pertambangan, karena khawatir risiko keselamatan jiwa. Andi Samba yang bahkan bisa mengusir para preman yang berkuasa, justru tak bisa menolak saat sang istri memintanya pensiun.

“Istri saya saat itu hamil besar, anak pertama saya. Ia khawatir, karena di tambang Sering kacau. Banyak preman. Ada pembacokan hingga pembunuhan. ini yang diragukan istri. Makanya dia minta saya keluar dari tambang,” tukasnya. Meski begitu, ia belum bisa melepaskan diri dari dunia hitam.

Setelah tak di lokasi tambang, Andi Samba banting setir jadi bandar togel atau kupon putih. Profesi ini dikerjakan hingga tahun 2013. Setelah itu, dia merantau ke Ambon dan kembali menjadi penambang emas di daerah itu. Di Ambon Andi Samba ikut memboyong istri dan anaknya selama satu bulan. Namun karena sering kacau, Dia memutuskan kembali ke Bombana lagi.

Aktivitas yang dipilih demi mendapatkan rupiah, Andi Samba kembali masuk tambang emas. Yang dipilih bermitra dengan salah satu perusahaan emas di Kabupaten Bombana. Andi Samba mengolah emas dengan mesin. Aktivitasnya ini hanya bertahan setahun. “Keluar dari tambang, tahun 2015, saya ikut jadi calon Kepala Desa Tepo’o,” katanya.

Sayangnya, ikhtiarnya kali ini lagi-lagi tak berhasil. Seingatnya, hanya 200-an warga yang memilihnya kala itu, dan membuatnya berada di posisi ketiga perolehan suara. Gagal di Pilkades, Andi Samba kembali berjualan pakaian di pasar malam. Di lokasi pasar malam, ia nyambi bisnis bola adil (judi melempar bola). Beberapa kabupaten didatangi, mulai Konsel, Koltim, Kolaka, Bombana hingga Konawe. Aktivitas ini dilakukan selama setahun.

Andi Samba mengaku, semua bisnis gelap di dunia hitam ini dilakoni demi mendapatkan uang dan menghidupi rumah tangganya. Pasalnya, dia tidak memiliki pekerjaan tetap serta tidak memiliki keahlian yang lain. Yang jelas, meski dia terjun di dunia hitam, namun ada tiga profesi gelap yang tidak dilakukan. Narkoba, pemerkosaan dan perampokan.

“Kalau miras itu kan tipiring (tindak pidana ringan). Hukumannya juga paling jualan kita disita. Tapi kalau narkoba, perampokan sama pemerkosaan ini tindak pidana berat, memalukan serta menggangu mental dan ketergantungan. Ancaman pidananya juga berat. Saya tidak mau, dan syukurnya, tidak pernah melakukan itu” katanya.

Andi Samba mengaku, selama bergelut di dunia hitam dan bisnis ilegal, perekonomiannya meman g membaik. Dari profesi itu, dia tidak hanya bisa menghidupi diri dan keluarganya, tetapi dia juga bisa membeli kendaraan, membeli tanah, membangun rumah. Bahkan dari bisnisnya menjual pakaian keliling, Andi Samba bisa menikahkan saudara hingga membiayai ibunya menunaikan ibadah haji. Namun begitu, dia juga sering merasakan perekonomiannya melorot.

Anak ketiga dari empat bersaudara ini berhenti beraktivitas di dunia hitam pada tahun 2016 lalu. Awalnya, ia diajak menjadi tim sukses Haji Tafdil, di Pilkada Bombana. Andi Samba ditunjuk sebagai koordinator pemenangan di Desa Tepo’e. terpilihnya Tafdil jadi pemimpin di daerah itu, juga membawa perubahan pada kehidupan seorang Andi Samba.

Andi Samba dipercaya menyuplai alat dan mesin pertanian (Alsintan) kepada petani. Berbagai jenis Alsintan disalurkan kepada mereka yang membutuhkannya. Diam-diam, takdir menyiapkan hidup yang lebih bermanfaat baginya. Para petani yang selama ini dibantunya, mendorongnya maju ke kancah politik electoral. Ia diminta jadi Caleg DPRD Bombana.

Pemilu 2019 lalu adalah momentumnya. Pria ini didorong ikut kontestasi di Dapil 2 Poleang Timur dan pemekarannya. Permintaan ini menjadi beban bagi Andi Samba, karena menurutnya, untuk maju sebagai calon anggota DPRD harus memiliki persiapan yang matang mulai dari modal yang banyak serta memiliki keluarga besar di daerah pilihannya.

Sementara dirinya, hanya seorang perantau, tidak memiliki keluarga besar dan berlatar belakang bisnis gelap dan lama bergelut di dunia hitam. “Jangankan keluarga, satu jengkal tanah saja saya tidak punya. Bahkan saat pertama tiba di Bombana saya tidur di pasar-pasar hingga makan beras miskin,” kenangnya, getir.

Namun karena desakan petani yang selama ini dibantunya, ia akhirnya menerima tawaran itu. Tetapi Andi Samba bingung, bagaimana bisa bergabung di partai politik untuk kendaraan politiknya. Ia kemudian diarahkan bergabung di Partai Gerindra untuk bertarung di Dapil Poleang Timur dan pemekarannya.

Hasilnya tidak sia-sia. Saat Pilcaleg 2019 lalu, Andi Samba meraih 998 suara dan meraih kursi kedua dari Dapil yang meliputi Kecamatan Poleang Timur, Poleang Selatan, Poleang Tenggara dan Poleang Utara. Suara paling dominan ia peroleh di wilayah Poleang timur sebanyak 600 suara serta di Poleang Utara 300 suara.

“Pemilih saya kebanyakan orang-orang dekat yang selama ini saya bantu kebutuhannya. Mereka yang memilih saya, sahabat rasa saudara. Tidak ada pakai uang. Saya justru dikasi uang oleh pendukung saya untuk maju di Pilcaleg. Ada yang satu juta, dua juta, sepuluh juta bahkan ada yang 150 juta. Ini karena sebelum maju di Pilcaleg, kita baik dan memperhatikan kebutuhan mereka,” cerita Andi Samba.

Andi Sambaloge bersama Istri berfoto bersama usai dilantik menjadi anggota DPRD Bombana 1 Oktober 2019 lalu

Setelah resmi dilantik jadi anggota DPRD Bombana, 1 Oktober 2019 lalu, Andi Samba benar-benar mengubah diri dan masa lalunya. Saat ini, alih-alih mau jualan Miras, menyentuh dan mengonsumsi cairan penghangat tubuh beralkohol itu ia sudah tinggalkan. “Saya berhenti mi minum sekarang. Malu mi saya. Anak-anak sudah besar semua,” ujarnya, sembari tersenyum.

Andi Samba kini benar-benar lahir seperti seorang pribadi yang baru. Pengelana dunia hitam itu merasakan kehadiran nilai-nilai spiritual dalam dirinya. Perenungan tentang perjalanan hidupnya yang benar-benar penuh liku dan laku, membuatnya ingin jadi pribadi yang kian baik. Ia kini punya palagan pengabdian yang baru, menjadi seorang wakil rakyat. Sebenar-benarnya wakil rakyat, karena ia benar-benar memulainya dari bawah.

Tuhan maha baik pada Andi Samba. Rezeki bertubi-tubi ia terima. Dianugerahi tiga anak perempuan semua, lalu diberi pekerjaan setara bupati menjadi anggota DPRD. “Dari seratus ribu lebih penduduk Bombana hanya 25 orang yang ada disini. Panggilannya lagi anggota dewan yang terhormat. Apa lagi yang mau saya cari. Saya sudah melewati segala rupa warna kehidupan. Sekarang saatnya jadi lebih baik,” tegasnya.

Bagi Andi Samba, capaiannya saat ini adalah jawaban doa yang ia langitkan pagi, siang dan malam kepada Allah SWT agar diberi pekerjaan yang layak. Ia hanya ingin menghidupi anak dan keluarganya dari kehalalan. “Saya benar-benar ingin lepas dari pekerjaan gelap saya di masa lalu kemudian diberi kesempatan bisa sering bersedakah,” katanya.

Kini setelah terpilih menjadi anggota DPRD Bombana, Andi Samba lebih intens lagi membantu masyarakatnya. Berbagai keinginan warga yang diwakili sudah dipenuhi. Diantaranya, pembangunan jalan di Tepo’e. Memberikan bantuan mesin katinting sebanyak 256 unit serta bantuan 170 unit pompa air. Disisa tiga tahun keberadaannya, Andi Samba akan terus mengawal dan memperjuangkan apa yang menjadi aspirasi masyarakat yang diwakilinya.(***)

Biodata

Nama Lengkap : Andi Sambaloge

Nama Panggilan : Andi Samba

Tempat Tanggal lahir : Bone, 2 Juli 1979

Nama Istri : Andi Farmuli Arista

Pendidikan :

SD di Bone 1992

SMP di Bone 1995

SMA 2 Bone 1998

 

Andi SambalogeBombanaDPR RIProfil anggota DPRD