Ia perempuan. Statusnya debutan. Jejaknya jauh dari lingkar politik praktis. Di usia yang relatif muda, pasang surut kehidupan sudah ia lakoni. Menjalani kehidupan di pelosok Poleang, Bombana lalu menikah dan diajak suami berpetualang menantang kerasnya hidup di negeri orang. Kini, ia kembali ke kampung halamannya. Amanah dipanggulnya. Namanya tercatat sebagai satu dari 25 anggota DPRD Bombana periode 2019-2024.
Yuslia, lengkapnya. Ada titel Sarjana Hukum dibubuhkan di belakang namanya. Perempuan luar biasa ini amat tangguh. Serangkapan petualangan kehidupan sudah pernah ia lewati, hingga akhirnya kini menikmati manisnya perjuangan itu. “Impian saya sebenarnya tidak begitu muluk, hanya ingin jadi sekretaris di sebuah perusahaan. Profesi keren untuk seorang perempuan menurut saya,” kisah wanita kelahiran Pinrang, 30 tahun silam ini.
Tuhan selalu punya rencana lebih baik bagi orang yang tak pantang menyerah. Wanita berkulit putih ini bercerita, tak pernah terbersit di daftar cita-cita yang sudah ia susun, untuk jadi seorang politisi bahkan terpilih jadi anggota DPRD di Bombana. Passionnya adalah jadi pengusaha, seperti tradisi usaha keluarga besarnya.
“Ayah saya itu pengusaha tambak udang di Tepo’e, Poleang Timur. Beliau tidak berminat politik, makanya saya juga tidak pernah kepikiran masuk ke ranah politik,” cerita wanita yang terlihat cantik dengan alis tebal plus hidung mancung ini. Tapi Yuslia akhirnya tak kuasa membendung jalannya takdir. Kini pemilik wajah oval itu jadi penghuni parlemen, bersama dua perempuan lain.
Bagaimana Yuslia bisa sampai ke fase ini? Eempat tahun silam, tepatnya tahun 2017, seorang pria bernama Hasrat menyambangi kediaman keluarga Yuslia di Tepo’e. Lelaki yang kala itu menjabat sebagai Ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Bombana ini menemui Muhammad Yusuf alias Supu dan Badaria, orang tua Yuslia. Hasrat yang kini naik kelas jadi Sekretaris PDIP Sultra itu “meminang” Yuslia untuk jadi kader.
“Pak Hasrat minta ke orang tua saya, agar saya jadi anggota PDIP sekaligus jadi Caleg di Dapil 2 yang meliputi Poleang Selatan, Poleang Tenggara, Poleang Utara dan Poleang Timur,” tutur alumni SMP Waemputang tahun 2005 ini. Hasrat tak segera meminta jawaban, tapi memberi waktu untuk mempertimbangkan tawaran itu.
Orang tua Yuslia yang dikampungnya dikenal dengan pemilik usaha udang SP Community, kemudian mempertimbangkan bergabungnya anaknya ke politik. Maklum, sang putri belum memiliki pengalaman apapun di politik serta kala itu sudah tak di tempat karena mengikuti suaminya yang kala itu bekerja di sebuah perusahaan tambang di Morowali, Sulawesi Tengah. Setelah keluarga berembuk Muhammad Yusuf kemudian menghubungi anaknya, mengabari soal ajakan berpolitik itu.
Yuslia kemudian menyampaikan hal itu kepada suaminya, Haris. Pria yang dinikahinya tahun 2012 ini ternyata memberikan suport kepada istrinya untuk terjun ke politik dan maju sebagai caleg di dapil 2 Bombana. Tahun 2018, pasangan suami istri memutuskan meninggalkan Morowali dan pulang kampung. “Bismillah, saya akhirnya memutuskan untuk masuk politik dan jadi kader PDIP,” kenang Yuslia.
Yuslia pulang. Ia lalu mengurus administrasi agar tercatat sebagai kader baru partai berlogo banteng gemuk bermoncong putih. Ia sekaligus melengkapi berkas untuk jadi Caleg DPRD Bombana dari Dapil II. “Setelah itu saya menyampaikan niat ke keluarga besar, teman-teman dan kerabat lain soal keinginan menjadi anggota dewan,” tukasnya.
Mendapat dukungan penuh dari keluarga, Yuslia mulia turun mensosialisasikan diri ke berbagai tempat. Ia memulai dari tetangga rumah, kemudian kerabatnya sewaktu sekolah hingga desa ke desa di Dapil Poleang Timur dan pemekarannya. “Kebanyakan yang saya lakukan saat sosialisasi melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat dengan door to door,” kata Yuslia saat ditemui di gedung DPRD Bombana, Rabu (24/11/2021).
Selain itu, orang tuanya yang akrab di sapa Supu, punya pengaruh besar. Sebagai pengusaha tambak, sang ayah ikut membantu mensosialisasikan dirinya ke masyarakat, termasuk kepada pekerjanya yang berjumlah sekitar 500-an orang. Kurang lebih setahun bergerilya mengenalkan diri, namanyapun tertulis di nomor urut empat dari lima calon anggota PDIP Bombana dari dapil 2.
Meski berstatus politisi anyar, Yuslia mampu memperlihatkan kekuatannya. Saat pemilihan umum, 17 April 2019 lalu, dia menjadi satu dari lima calon anggota DPRD Bombana terpilih dari dapil 2. Perolehan suaranya cukup mencengangkan untuk ukuran seorang debutan. Sebanyak 1.200 pemilih mencoblos namanya di surat suara. Ia melenggang ke parlemen di usia 28 tahun.
Yuslia sempat was-was usai coblosan. Beberapa hari usai penghitungan suara dan namanya menjadi salah satu pemenang, di dapilnya diputuskan oleh KPU untuk menggelar pemilihan suara ulang (PSU) akibat adanya pelanggaran di salah satu TPS. Tetapi keresahannya tidak terbukti, dia tetap menjadi calon anggota DPRD Bombana meski perolehan suaranya sedikit usai PSU digelar.
Tahun 2021 ini menjadi tahun kedua bagi Yuslia berada di gedung parlemen Bombana. Dalam kurun waktu yang singkat itu, Yuslia sudah merasakan pahit dan manisnya menjadi wakil rakyat di lembaga legislatif. Meski masih seumur jagung di dewan, sarjana hukum pidana Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo (UHO) tahun 2012 ini sudah memperlihatkan kinerjanya.
Berbagai pembangunan infrastruktur di kampung halamannya bisa diperjuangkan. Mulai peningkatan jalan Desa Lemo menuju Lamoare hingga pembangunan jalan rigid beton dari Bambaea, Poleang Timur hingga ke Poleang Tenggara tahun 2020-2021 dan peningkatan jalan penghubung Desa Lemo – Desa Lamoare yang akan dilaksanakan di tahun 2022 mendatang.
Bagi Yuslia, profesinya saat ini sangat jauh berbeda dengan latar belakang ilmu yang didapat saat menempuh pendidikan strata satu di UHO. Namun demikian, dia sangat menikmati. Selain bisa menjadi jembatan aspirasi masyarakat, satutusnya sebagai anggota DPRD juga mendekatkan dirinya dengan pengambil kebijakan di lembaga eksekutif sehingga bisa menyampaikan secara langsung apa yang menjadi tuntutan dan aspirasi masyakarat yang diwakilinya.
Untuk sampai ke dunia politik dan duduk sebagai anggota DPRD Bombana periode 2019-2024, Yuslia telah melalui berbagai siklus kehidupan. Setelah menikah dengan pria yang kini menjadi pendampingnya, perempuan dengan tinggi sekitar 160-an centimeter ini mendampingi suaminya sebagai pelaksana kepala Desa Lareete, Kecamatan Poleang Tenggara tahun 2013.
Setelah masa jabatan suaminya berakhir, Yuslia bersama suami hijrah ke Kendari. Di ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara ini, perempuan yang kini berusia 30 tahun itu dipercaya mengelola usaha tangkap ikan, salah satu bisnis orang tuanya. Dua tahun di Kendari, Yuslia pindah ke Morowali, Sulawesi Tengah. Dia ikut suaminya yang kala itu diterima sebagai pekerja tambang di salah satu perusahaan nikel.
Profesi ini tidak berlangsung lama. Suami Yuslia memilih beralih profesi sebagai pemasok daging di perusahaan-perusahaan tambang di Morowali. Namun usahanya ini macet hingga akhirnya dia bersama suami memutuskan pulang kampung dan kini terpilih menjadi anggota DPRD Bombana.(***)
Nama : Yuslia, SH
Tempat Tanggal Lahir : Pinrang, 23 Maret 1991
Alamat : Desa Tepoe, Kecamatan Poleang Timur
Pendidikan
SDN Tepoe 2002
SMP Waemputang 2005
SMA Bambaea 2008
Fakultas Hukum OHU 2012
Suami : Haris, S.Sos
Jabatan : Sekretaris Fraksi Perjuangan Demokrasi