KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Tidak hanya mendapat ilmu terkait penulisan konten pariwisata, para peserta workshop milenial yang digelar oleh Dinas Pariwisata Sultra juga mendapatkan ilmu baru yang bisa dilakukan melalui sebuah gambar. Tak dapat dipungkiri, jepretan kamera bisa mengartikan sebuah makna keindahan dan pesona daerah sehingga menarik minat yang melihatnya. Namun hal ini perlu sebuah trik dan teknis khusus agar karya foto yang dihasilkan bisa membuat orang terpana dan tergiur untuk mampir ke destinasi wisata di daerah kita.
Penekanan itulah yang disampaikan fotografer senior, Jojon, dalam workshop ekonomi kreatif sub sektor media, penulisan konten dan fotografi pariwisata yang diadakan Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara bekerja sama dengan Lulopedia di Kota Kendari.
Dalam materinya tentang fotografi, Jojon lebih banyak berbagi pengalaman serta teknik menghasilkan foto yang menarik dan berkesan. Hal ini tentunya untuk mendorong peserta pelatihan dari kalangan milenial Kota Kendari tersebut bisa mempromosikan pariwisata di daerahnya melalui jepretan kamera mereka.
Menurut Jojon, untuk menciptakan karya fotografi yang bagus penekanannya pada permainan komposisi dan teknik pemotretan, pemilihan objek, penggunaan pencahayaan yang tepat, pengelolaan sudut pandang, dna pemahaman dasar fotografi.
Demi menghasilkan foto yang sesuai konsep, perlu pertimbangan teknik pemotretan yang lebih berorientasi pada kemudahan praktis.
“Karya harus dibuktikan. Tanpa karya kita tidak bisa apa-apa. Kamera itu tergantung yang pegang siapa. Jangan pernah minder memotret menggunakan kamera murah, pintar pengatur komposisi itu yang penting,” ucap pria yang memulai karier fotonya di berita Antara sekitar 6 tahun terakhir, Sabtu (13/11/2021).
Setidaknya terdapat empat unsur fotografi ketika hendak membidik gambar, yaitu pencahayaan, efek gerak, fokus dan ruang tajam, serta komposisi.
“Fotografi sebenarnya ‘pengawinan’ cahaya, kapan cahaya ini dikumpulkan akan menghasilkan efek saat memotret,” ujar Jojon.
Cahaya yang dimaksudnya seperti cahaya yang bersumber dari alam dan buatan. Arah cahaya dari berbagai sisi akan menimbulkan efek berbeda terhadap objek yang hendak dipotret.
Efek pencahayaan sebisanya tidak perlu besar, kata dia, karena fotografer ingin mengantarkan penikmat foto langsung memahami pesan dari foto yang dihasilkan.
Selanjutnya efek gerak, yaitu menjadikan hasil foto seolah-olah hidup sehingga membawa suasanya menarik dan seperti nyata oleh si penikmat foto.
Sementara unsur fokus dan ruang tajam dibobotkan pada memfokuskan gambar yang optimal sehingga pokok pembicaraan dalam sebuah foto akan tersalurkan dan lebih ekspresif.
“Jangan main zoom, datangi objek. Seorang fotografer datangi sdekat-dekatnya dengan objek. Di-zoom jadinya tidak fokus, ketajaman hilang. Kamu membuang ukuran lebih jauh dan ketajaman gara-gara zoom, percuma beli lensa mahal-mahal kalau mainnya zoom,” lanjut Jojon
Workshop ekonomi kreatif sub sektor media yang disiarkan secara langsung itu, mengambil dua topik besar yang mengarah ke sektor pariwisata, yaitu penulisan konten dan fotografi. Hal ini juga bisa menjadi modal 50 orang peserta pelatihan jika berpartisipasi dalam lomba penulisan konten dan fotografi yang diadakan Dispar bertajuk Ekonomi Kreatif Bersama Membangun Sultra.
Dikatakan Kepala Dispar Sultra, La Ode Saifuddin, pelatihan tersebut bagian dari upaya pihaknya membuka ruang kepada publik mengekspresikan pariwisata di wilayahnya. Sebab hal itu juga akan mendorong promosi pariwisata yang jumlahnya lebih 2.000an destinasi tersebar di “Bumi Anoa” ini.
“Generasi milenial dapat menjadi perpanjangan tangan Dispar melalui konten dan fotografi wisata, sehingga menarik minat wisatawan berkunjung ke Sultra,” ucapnya ketika membuka kegiatan tersebut, Jumat (12/11/2021).
Reporter: Ilma
Editor: Wulan