Nelayan Buton Dikenalkan Alat Pendeteksi Ikan dan Penggunaanya

Tim dosen kemitraan pengabdian internal Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari memperkenalkan dan menjelaskan penggunaan alat fishfinder kepada puluhan nelayan Desa Wabula 1 Kecamatan Wabula, Kabupaten Buton. Foto : Ist

KENDARI, LENTERASULTRA.COM- Nelayan di Desa Wabula I, Kecamatan Wabula, Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara tidak susah lagi menentukan keberadaan ikan saat melaut. Mereka kini bisa menggunakan alat pendeteksi ikan berupa fishfinder. Melalui alat ini, nelayan bisa mengetahui keberadaan ikan di tengah laut.

Tim dosen kemitraan pengabdian internal Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari yang memperkenalkan alat fishfinder tersebut. Mereka adalah Dr Bahdad,S.Si, M.Si, Syamsul Kamri S.Pi dan Hasnia Arani, S.Pi. Tiga dosen UHO ini juga menjelaskan penggunaan alat itu di aula kantor Desa Wabula 1, awal Oktober lalu.

Dihadapan kepala Desa Wabula, La Budi S.Pd  dan puluhan nelayan,  tiga dosen UHO ini memperagakan cara penggunaan alat fishfinder secara detil. Mulai dari sistem antenna, transduser dan monitor keluaran data serta cara merangkainya.  Kemudian diperkenalkan juga satu persatu tombol-tombol peraga pada alat tersebut. Fungsi-fungsi setiap tombol dan cara penggunaannya.

“Teknologi Fishfinder merupakan teknologi yang sudah umum dilakukan pada kapal-kapal penangkapan ikan skala besar. Sementara untuk kapal-kapal nelayan skala kecil dan tradisional, penggunaanya  masih sangat terbatas,” kata Dr Bahdad, ketua tim dosen kemitraan pengabdian internal UHO saat menyampaikan paparannya di hadapan nelayan Wabula.

Kata dosen Fakulas Ilmu Tehnik Kebumian UHO ini, dengan menggunakan alat fishfinder tidak hanya mengetahui keberadaan ikan, tetapi juga bisa meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Selain itu, melalui alat pendeteksi ikan tersebut, nelayan mampu memperkecil biaya bahan bakar, mampu menghemat waktu karena tidak lagi berputar-putar membuang waktu mencari keberadaan ikan.

“Selama ini nelayan skala kecil dan tradisional biasanya menentukan lokasi keberadaan ikan berdasarkan pengalaman, intuisi, mengamati tanda-tanda alam seperti keberadaan burung, ikan hiu atau ikan paus. Cara seperti ini memerlukan waktu, tenaga, dan berbiaya besar dalam pemakaian BBM. Dengan menggunakan alat ini maka biaya melaut dapat ditekan dan efisiensi waktu menjadi lebih singkat,” sambungnya.

Bahdad menjelaskan, prinsip kerja alat fishfinder sebenarnya berdasarkan peran transduser yang berfungsi memancarkan gelombang ulrasonik dan menenangkap kembali pantulannya. Gelombang suara berfrekuensi antara 15 kHz sampai 455 kHz yang dipancarkan tranduser kemudian mengena dasar perairan atau objek seperti ikan, kapal tenggelam, dan lain-lain. Selanjutnya sinyal tersebut  ditangkap kembali oleh transduser. Proses gelombang pantulan yang berulang-ulang itu ditangkap tranduser kemudian diterjemahkan dalam monitor dalam bentuk titik-titik sehingga menimbulkan gambar topografi dasar perairan maupun objek benda yang  melayang seperti ikan serta benda lain yang terkena sinyal tersebut.

Tim kemitraan UHO memperagakan alat fishfinder dihadapan nelayan Buton. Foto : Ist

“Jadi pada layar monitor fishfinder yang muncul adalah benda-benda yang ada dalam air khususnya yang memberikan pantulan gelombang suara serta pantulan dari dasar perairan dimana lokasi kita menangkap ikan,” katanya.

Alat fishfinder juga memiliki GPS (Global Position System). Juga dilengkapi sistim pemantauan ikan target serta fasilitas pemantauan kedalaman (bathimetri) dan temperatur.  Fungsi GPS pada peralatan fishfunder akan memberikan informasi lokasi memancing (hot spot), dimana terdapat potensi dan posisi ikan. Hal ini memudahkan nelayan untuk langsung menuju lokasi dimaksud dan tidak perlu melakukan pelayaran ketempat yang tidak jelas keberadaan ikannya.

Keberadaan Ikan dengan jumlah banyak atau sedikit akan terlihat pada layar monitor fishfinder. Bila transduser ditempatkan di suatu perairan laut yang memiliki jumlah ikan yang banyak maka pada layar monitor akan terlihat symbol ikan dengan kerapatan atau kepadatan ikan tinggi. Demikian juga sebaliknya kalau ikan di wilayah itu sedikit, maka yang terbaca pada layar monitor symbol ikan juga sedikit.

“Sedangkan bila kita ingin mengetahui jenis ikan yang ada di bawah perairan menggunakan alat ini  maka akan sangat banyak ditentulkan oleh pengalaman nelayan tersebut dalam menggunakannya. Dengan seringnya menggunakan alat ini untuk melaut maka akan mudah untuk membedakan setiap jenis schooling ikan atau gerombolan ikan. Apakah dia kategori ikan cakalang, ikan layang, ikan tuna atau ikan lainnya,” ungkap Bahdad.

Penulis : Nuryadi

Editor : Nuryadi

 

Alat pendeteksi ikanDosen UHOFishfindernelayan ButonUHO