JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Indonesia terus mematangkan persiapan jelang implementasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang merupakan blok dagang terbesar kedua setelah WTO.
“Dicetuskan pertama kali oleh Indonesia pada 2011, RCEP merupakan blok dagang terbesar kedua di dunia. Perundingan ini terdiri dari 15 negara yaitu 10 negara ASEAN dan lima negara mitra ASEAN yaitu Australia, Jepang, Korea Selatan, China, dan Selandia Baru. Hal ini menunjukkan betapa RCEP ini sangat besar dan bermanfaat, termasuk bagi negara-negara di luar ASEAN,” jelas Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga dalam acara Sosialisasi Hasil-Hasil Perundingan Perdagangan Internasional RCEP di Bogor, Jawa Barat, Selasa (5/10/2021).
Menurut Wamendag, RCEP secara kumulatif mewakili 29,6 persen penduduk dunia; 30,2 persen GDP dunia; 27,4 persen perdagangan dunia; dan 29,8 persen foreign direct investment(FDI) dunia.
“Dengan nilai sebesar itu, penting untuk memastikan agar Persetujuan ini dapat segera diselesaikan proses ratifikasinya oleh DPR RI akhir tahun ini. Sehingga, bisa diimplementasikan pada awal 2022. Selain itu, diseminasi informasi isi persetujuan RCEP kepada pemangku kepentingan terkait beserta manfaat dan tantangannya sangatlah penting untuk memastikan optimalisasi dari implementasi persetujuan ini,” terang Wamendag dikutip dari asiatoday.id.
Sementara itu, Direktur Perundingan ASEAN Kemendag Dina Kurniasari memaparkan, beberapa manfaat RCEP untuk Indonesia dan juga beberapa hal yang harus dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan terkait.
“Saat ini, pemerintah sedang menyusun berbagai langkah mitigasi dan juga menyusun Roadmap Action Plan implmentasi RCEP yang harus dilakukan secara kolektif dan kolaboratif dari semua pemangku kepentingan. Sehingga, Indonesia bisa menjadi winner saat mengimplementasikan Persetujuan ini,”ujar Dina. (ATN)