Smelter China VDNI Mampu Olah Bijih Nikel Hingga 7,28 Juta Ton di 2020

 

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Perusahaan smelter nikel terbesar di Sulawesi Tenggara (Sultra), PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) mampu mengolah bijih nikel hingga 7,28 ton pada tahun 2020. Dengan kapasitas produksi VDNI yang mencapai satu juta ton FeNi, produksinya kini tercatat mencapai 674 ribu ton. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan listriknya, VDNI membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas total 530 megawatt (MW).

External Affair Manager VDNI, Indrayanto mengungkapkan hal itu saat menerima kunjungan anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha, Hermal Darnel Ibrahim, Musri dan Yusra Khan didampingi Sekjen DEN Djoko Siswanto, dan Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan Yunus Saefulhak, Senin (27/9/2021) lalu.

Sebagai referensi, VDNI bergerak di bidang smelter bijih nikel yang beroperasi di Kawasan Industri Konawe di Desa Morosi dan masuk dalam Objek Vital Nasional Sub Bidang Mineral dan Batubara (Minerba) berdasarkan Kempem No.77K/90/MEM/2019 serta menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden No. 58 tahun 2017.

Indrayanto menjelaskan bahwa smelter nikel milik VDNI sudah menggunakan teknologi pengolahan rotary kiln electric furnace yang terdepan dan ramah lingkungan. Dalam proses pengolahan nikel hingga menghasilkan produk akhir berupa Nickel Pig Iron (NPI), Indrayanto menjelaskan bijih nikel terlebih dahulu disimpan pada stockpile, kemudian bijih nikel tersebut dipindahkan dengan menggunakan conveyor ke rotary dryer.

“Rotary dryer adalah salah satu jenis mesin pengering yang secara khusus digunakan untuk mengeringkan aneka bahan padatan. Bijih nikel dimasukkan dari ujung inlet melalui screw conveyor dan dikeringkan sepanjang tabung atau drum yang berputar. Proses pengeringan dilakukan pada suhu sekitar 250 derajat Celcius dengan tujuan mengeliminasi sebagian besar air bebas yang terdapat dalam bijih nikel,” jelasnya dikutip dari asiatoday.id.

Selanjutnya, produk dari rotary dryer masuk ke dalam proses kalsinasi dengan menggunakan rotary kiln pada suhu sekitar 800-900 derajat Celcius. Rotary kiln merupakan suatu reaktor berbentuk silinder panjang, berputar, dipasang dengan sudut kemiringan tertentu yang berfungsi untuk meningkatkan temperatur nikel sampai suhu yang tinggi. Proses kalsinasi bertujuan untuk eliminasi air bebas yang tersisa dan eliminasi air kristal, pemanasan awal bijih dan reduksi sebagian besar unsur nikel dan pengontrolan terhadap reduksi besi.

“Hasil proses kalsinasi kemudian dilebur di dalam electric furnace pada temperatur sekitar 1500-1600 derajat Celcius untuk menghasilkan feronikel. Hasil proses electric furnace smelting kemudian didinginkan dan dicetak sesuai dengan bentuk yang dinginkan. Hasil proses pencetakan berupa feronikel,” urainya.

Feronikel adalah logam paduan antara besi dan nikel, dimana kandungan nikel bervariasi dari 25-45 persen. Feronikel digunakan sebagai bahan pemadu dalam pembuatan baja. Nikel dan logam kromium merupakan unsur logam pemadu yang terdapat di dalam baja tahan karat.

“Juga terdapat Limbah nikel (slag) yang merupakan sejenis batuan hasil pembuangan dari pembakaran ferronikel, berwarna kelabu perak dan memiliki sifat-sifat menyerupai batu dan unsur silikat serta kapur yang terkandung didalamnya cukup tinggi,” paparnya.

Anggota DEN, Satya Widya Yudha mengatakan dengan mengolah bijih nikel menjadi FeNi, harganya dapat meningkatkan nilai komoditi. Selain itu, pengelolaan sumber daya nikel sampai ke proses pengolahan harus memperhatikan berbagai faktor, yaitu pasokan bijih nikel, pasokan energi harus bisa dijamin, dan kemudahan – kemudahan utama lainnya yang diperlukan oleh investor maupun calon investor yang akan membangun smelter, juga perlu adanya perhitungan kebutuhan energi untuk sampai ke produk FeNi.

“Karena itu, kita mendorong pembangunan smelter bagi pemilik tambang sehingga integrasi dari hulu sampai hilir dapat berjalan, sedangkan untuk royalti bisa dilakukan dihilir agar tidak memberatkan investor di awal Investasi,” jelas Satya dikutip Senin (27/9/2021).

Disamping itu kata dia, pembangunan smelter akan menambah pemasukan bagi negara, daripada mengekspor nikel hasil tambang dalam bentuk bijih. Smelter yang akan dibangun juga akan memberikan efek berantai yang positif di sektor perekonomian, dengan adanya pemasok dan industri-industri pendukung lainnya, dan pastinya meningkatkan lapangan kerja.

“Tantangan berikutnya produk smelter yang berbetuk Nickel Pig Iron ( NPI) dari VDNI ini harus ditangkap oleh industri turunanannya atau lebih hilir lagi Selain itu, juga akan terjadi pemerataan perekonomian,” pungkas Satya. (ATN)

28 Juta Ton di 2020biji nikelpt vdniSmelter China VDNI Mampu Olah Bijih Nikel Hingga 7SultraVDNI