SOLO, LENTERASULTRA.COM – Hampir 100 mantan narapidana kasus terorisme mendapat vaksinasi Covid-19 di sejumlah daerah. Sedikitnya 25 orang di Solo, 19 orang Karanganyar-Jawa Tengah, 14 orang di Malang-Jawa Timur, dan 15 orang di Makassar-Sulawesi Selatan, divaksin penangkal virus corona.
Antrean vaksinasi tampak terlihat di teras Rumah Sakit Umum Daerah Bung Karno Solo, dalam sepekan ini. Di antara antrean tersebut tampak tujuh orang didampingi petugas Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme FKPT dan BNPT yang ikut antre untuk menjalani pemeriksaan kesehatan.
Salah seorang di antara mereka mengenakan kaos bertuliskan “Kami Bukan Teroris.” Suasana tampak cair. Sesekali ada gelak tawa saling guyon di antara mereka. Para mantan napiter ini juga membawa anggota keluarga mereka.
Joko Tri Hatmanto alias Jack Harun dan Machmudi Hariono alias Yusuf. Keduanya adalah anak buah gembong terorisme, mendiang Dr. Azahari dan mendiang Noordin M Top. Joko. Mahmudi adalah mantan narapidana kasus Bom Bali I yang sudah menjalani program deradikalisasi dan kini mendirikan yayasan bagi mantan narapidana kasus terorisme.
Diwawancarai seusai vaksinasi, Mahmudi mengatakan merasa lega mendapat vaksinasi Covid-19 bersama rekan mantan napiter tersebut. Bagi Mahmudi, vaksinasi merupakan bentuk usaha demi kesehatan dirinya dan keluarganya.
“Sebagai ketua Yayasan Persaudaraan Anak Negeri atau Persadani di Semarang yang membawahi mantan narapidana kasus terorisme di Jawa Tengah ada 32 orang, dengan kesadaran sendiri, merasa bahwa vaksinasi Covid-19 itu penting,” kata Mahmudi dikutip dari voaindonesia.com.
“Imun tubuh kita dalam menghadapi pandemi ini tetap terjaga. Apa yang kami lakukan adalah bentuk ikhtiar partisipasi kami sebagai eks narapidana terorisme,” tambahnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme BNPT, Boy Rafli Ammar, Sabtu (28/8), mengatakan vaksinasi bagi mantan narapidana kasus terorisme ini untuk meluruskan pemahaman di kalangan mereka tentang vaksin.
Ditambahkannya, keluarga para mantan napiter dan mitra BNPT juga diizinkan ikut vaksinasi. Ia berharap langkah ini akan mendorong vaksinasi bagi semua, khususnya kelompok-kelompok yang sering mendapat informasi yang salah dengan manfaat vaksin Covid-19.
Tidak semua mantan narapidana kasus terorisme bersedia divaksin. Joko Tri Hatmanto mengatakan masih ada sebagian dari 40an napiter di Jawa Tengah enggan divaksin.
“Vaksinasi napiter ini dilakukan di beberapa tempat di Jawa Tengah. Teman napiter di Jawa Tengah yang menolak vaksin masih banyak. Mayoritas menolak vaksin dengan alasan mereka tidak meyakini pemerintah, semua kebijakan pemerintah ditolak,” ungkap Jack Harun.
VOA berupaya mengontak dan mendatangi sejumlah mantan napiter terkait alasan mereka tak mau divaksin, namun hingga laporan ini disampaikan mereka tidak merespons.
Meskipun demikian BNPT, ujar Boy Rafli Ammar, akan terus menggelar vaksinasi bagi para mantan napiter.
“Kita sudah menggelar vaksinasi untuk napiter dan mitra BNPT. Jawa Tengah sudah beberapa kali, Karanganyar, Solo, ya sudah ada 60an. Keluarganya juga diajak untuk vaksinasi,” kata Boy.
Pemerintah dan para mantan narapidana terorisme yang bersedia divaksin terus melakukan pendekatan personal pada napiter yang menolak vaksin. Joko Tri Hatmanto, yang pernah diadili dan divonis hukuman enam tahun penjara, mengatakan tidak akan pernah berhenti berupaya mengajak rekan-rekannya sesama mantan napiter itu agar bersedia divaksin Covid-19.
“Tergantung dari cara masuknya, bisa berbulan-bulan kita terus berkomunikasi baru bisa diterima. Intinya di komunikasi. Kalau belum bisa komunikasi atau belum ketemu ya susah. Sulitnya teman-teman napiter diajak vaksinasi ya itu. Harus terus didekati, dibujuk atau dirayu biar mau divaksin. Kalau kita kan targetnya mereka bisa hadir vaksinasi,” pungkas Joko. [ys/em/VOA]