Insiden Tewasnya 21 Pelari Maraton Picu Kemarahan Nasional

 

GANSU, LENTERASULTRA.COM – Insiden tewasnya 21 pelari maraton telah memicu kemarahan di China, dengan komentator online mempertanyakan kesiapan pemerintah daerah yang menyelenggarakan lomba, yang diadakan di Yellow River Stone Forest di Provinsi Gansu.

“Beberapa jam setelah acara pada Sabtu, cuaca tiba-tiba memburuk saat para pelari mendaki 6.500 kaki di atas permukaan laut hingga jarak 19 kilometer,” menurut Zhang Xuchen, Wali Kota Baiyin, yang menembakkan pistol start.

Pelari yang mengenakan celana pendek dan kaus oblong tiba-tiba menghadapi kondisi beku, dan hujan berubah menjadi hujan es. Beberapa pingsan karena kedinginan.

“Dalam waktu singkat, hujan es dan hujan beku turun di daerah itu, dan ada angin kencang. Suhu turun tajam,” ujar Zhang, dikutip dari asiatoday.id.

Zhang menambahkan, beberapa peserta mengirim pesan video meminta bantuan dan pihak berwenang mengirim tim penyelamat yang membantu 18 atlet. Perlombaan akhirnya dibatalkan pada pukul 2.00 siang di hari Sabtu.

Pada malam hari, para pejabat telah memulai upaya penyelamatan besar-besaran yang melibatkan 1.200 orang dalam tim pencarian. Tim penyelamat menggunakan drone pencitraan termal dan peralatan lainnya.

Lomba sejauh 100 kilometer itu memaksa para atlet menempuh kondisi ekstrem. Mereka mengenakan celana pendek dan kaus oblong menghadapi hujan yang membekukan, hujan es, dan angin kencang.

“Sebanyak 21 orang, termasuk dua atlet maraton top China tewas setelah dihadapkan pada hujan yang membeku dan angin kencang melanda balapan gunung itu,” kata pejabat setempat pada Minggu, seperti dikutip dari The New York Times, Senin (24/5/2021).

Media pemerintah menyebutkan, Liang Jing, 31, seorang juara ultramaraton, dan Huang Guanjun, pemenang maraton putra untuk pelari tuna rungu di National Paralympic Games China 2019, termasuk di antara mereka yang ditemukan tewas.

Dalam cuplikan video dari televisi nasional, penyelamat terlihat menyebar ke kegelapan dengan senter. Beberapa mengenakan seragam tempur, yang lain mengenakan jumpsuit biru atau oranye dengan helm.

Perlombaan yang dimulai di lokasi wisata di dekat Sungai Kuning dan mengikuti rute melalui ngarai dengan stalagmit batu besar itu, telah diselenggarakan oleh pemerintah setempat selama empat tahun terakhir. Lomba ini dianggap sebagai cara untuk mempromosikan pariwisata di daerah tersebut, yang merupakan salah satu provinsi termiskin di Negeri Tirai Bambu. (ATN)

ChinaInsiden Tewasnya 21 Pelari Maraton Picu Kemarahan Nasionalmarathon