POSO, LENTERASULTRA.COM – Meskipun peringatan potensi bencana telah disosialisasikan pada warga, angin puting beliung yang melanda Kabupaten Poso pada hari Sabtu (17/4) menewaskan seorang perempuan yang terkena potongan kayu yang diterbangkan angin ketika ia sedang berada di luar rumah. Kepala BPBD Kabupaten Poso Noldy Tobondo menjelaskan hal ini ketika dihubungi VOA dari Palu hari Minggu (18/4).
“Merusak satu buah gereja Katolik, pastori gereja Toraja, puskesmas Meko dan satu buah rumah warga,” ujarnya, dikutip dari voaindonesia.com.
Kepala Desa Meko I Gede Sukaartana menambahkan pusaran angin itu datang dari arah Danau Poso lalu memasuki daratan menuju pemukiman sehingga menimbulkan kepanikan warga.
“Kemarin memang hiruk pikuk, berhamburan tidak tentu arah karena angin ini zigzag dia pergi tidak lurus, jadi orang panik lari ke sana, lari ke mari,” papar I Gede Sukaartana. Seingatnya peristiwa serupa juga pernah terjadi di tahun 2020 dan di tahun 1994, yang ketika itu menyebabkan 27 rumah warga mengalami kerusakan berat.
Siklon Tropis Surigae
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu, Nur Alim, menjelaskan siklon tropis Surigae menyebabkan dampak tidak langsung terhadap cuaca berupa angin kuat di atas biasanya di sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah. Selain Poso, daerah yang dapat mengalami angin kencang dan peningkatan potensi curah hujan di Kabupaten Buol, Tolitoli, Tojo Una-una, Banggai, Banggai Laut dan Kabupaten Banggai Kepulauan.
“Di atas Sulawesi Tengah ini ada perlambatan massa udara juga jadi ada potensi hujan disertai angin kencang. Potensinya itu di mana saja? Yaitu di Sulawesi Tengah bagian utara, salah satunya yang bapak tanyakan ini adalah wilayah di Danau Poso ini terdapat imbasnya juga, tapi tidak perlu cemas atau gaduh karena kita ini terdampak tidak langsung, jadi ada peningkatan curah hujan untuk hari ini dan dua hari ke depan. Menjelang hilangnya TC (Typoon Cyclon) itupun masih ada dampak itu,” jelas Nur Alim, Minggu (18/4) siang.
Menurutnya masyarakat tetap perlu mewaspadai potensi peningkatan curah hujan disertai angin kencang tapi tidak perlu cemas dan panik karena pengaruhnya ke Sulawesi Tengah masih dalam kategori normal.
“Masyarakat ya waspada saja tidak perlu cemas dan gaduh. Memang benar potensi cuaca ekstrem itu ada cuma kita masih kategori normal artinya apa? Yang potensinya sangat ekstrem sekali adalah di perairan Filipina sana kita hanya berdampak tidak langsung,” kata Nur Alim.
Sembilan Provinsi Tingkatkan Kesiapsiagaan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada hari Sabtu (17/4) meminta agar pemangku kebijakan di kabupaten/kota di sembilan provinsi di Tanah Air agar dapat melaksanakan upaya penguatan kesiapsiagaan menghadapi beberapa dampak dari siklon tropis Surigae.
Berdasarkan prediksi BMKG, pergerakan dan fenomena siklon tropis itu berpotensi menimbulkan hujan lebat disertai kilat/petir serta angin kencang di sembilan wilayah, meliputi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua Barat.
Menurut prediksi BMKG hingga Sabtu (17/4) pukul 19.00 WIB, posisi siklon tropis tersebut masih akan berada di perairan Samudera Pasifik dan diperkirakan bergerak menuju sebelah utara Maluku Utara, atau pada 11.7 Lintang Utara dan 129.7 Bujur Timur, atau sekitar 1.040 kilometer sebelah utara timur laut Tahuna.
Siklon tropis ini diperkirakan akan bergerak dengan kecepatan 10 knot atau 19 kilometer per jam dengan kekuatan 95 knots atau 185 kilometer per jam dengan tekanan 935 hPa.
Gelombang air laut setinggi 1.25 hingga 2.5 meter berpeluang terjadi di Laut Sulawesi, Perairan Kepulauan Sangihe, Perairan Kepulauan Sitaro, Perairan Bitung-Likupang, Laut Maluku, Perairan Selatan Sulawesi Utara, Laut Halmahera, dan Perairan Biak hingga Jayapura.
Selanjutnya, gelombang air laut dengan ketinggian rata-rata 2.5 hingga 4.0 meter berpeluang terjadi di Perairan Kepulauan Talaud dan perairan utara Halmahera.
Adapun gelombang air laut setinggi empat hingga enam meter berpeluang terjadi di Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua Barat. [yl/em/voa]