JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Danau Singkarak di Provinsi Sumatera Barat digagas menjadi pusat konservasi Ikan Bilih di Indonesia atau (National Bilih Center). Pasalnya, Ikan Bilih saat ini kian terancam punah dan semakin langka, sementara statusnya merupakan salah satu jenis ikan endemik Indonesia dan hanya satu-satunya di dunia.
Untuk menjaga kelestarian Ikan ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat akan mengembangkan Pusat Konservasi Ikan Bilih Nasional di Danau Singkarak dengan melibatkan badan riset. Saat ini KKP telah melakukan restocking benih ikan nilem di Danau Singkarak, Sumatera Barat, sebanyak 100 ribu ekor yang merupakan hasil dari kegiatan pembenihan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam.Untuk memastikan realisasi program itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto bersama dengan Komisi IV DPR RI telah melakukan kunjungan kerja dalam rangka melakukan kegiatan restocking dan pemberian bantuan di Danau Singkarak.
“Saya mendampingi kunjungan kerja Komisi IV DPR RI yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Anggia Erma Rini pada 10 April 2021 untuk melihat dan mendengarkan permasalahan masyarakat terkait pengelolaan perikanan di Danau Singkarak, salah satunya ancaman kepunahan Ikan Bilih. Kami bersama Gubernur Sumatera Barat setuju untuk mengembangkan bersama Pusat Ikan Bilih Nasional (National Bilih Center) dengan memanfaatkan UPTD milik Provinsi Sumatera Barat serta dengan melibatkan badan riset,” ujar Slamet, dikutip Senin (12/4/2021).
Menurut Slamet, terdapat 19 jenis ikan asli Danau Singkarak, sehingga nanti akan ditebar bersama-sama ikan nilem yang termasuk salah satu jenis ikan asli Danau Singkarak.
“Kita telah menebar ikan Nilem. Harapan kita, ikan ini berkembang banyak dan bisa menjadi penghasilan masyarakat,” tambahnya, dikutip dari asiatoday.id.
Adapun terkait dengan ikan bilih, Slamet berupaya akan segera lakukan uji coba untuk pembenihan karena berdasarkan informasi dari Dinas bahwa pada larva mencapai D10 banyak kematian. “Sehingga harus kita siapkan bersama strategi apa yang harus kita lakukan. Tentu saja adalah pakan alami yang sesuai untuk kehidupan larvanya. Hal tersebut akan kita lakukan bersama sama, UPT air tawar kita, salah satunya BBPBAT Sukabumi dan BPBAT Sungai Gelam bekerjasama dengan badan riset dan juga Dinas Kelautan dan Perikanan, karena ini harus segera dilakukan pemulihan sumber daya ikan bilih. Setelah berhasil, nantinya akan kita tebar juga di Danau Singkarak ini,” sambungnya.
Masih menurut Slamet, alternatif usaha bagi pembudidaya KJA adalah dengan budidaya di perikanan darat, seperti budidaya ikan dengan sistem bioflok. Dimana, KKP siap untuk menjalankan apa yang menjadi permasalahan-permasalahan disini dan tentunya dengan dukungan dari Komisi IV DPR RI.
“Upaya yang kami lakukan saat ini, agar perikanan budidaya mampu untuk memenuhi ketahanan pangan nasional, dan menjadi penopang ekonomi di daerah. Salah satunya melalui restocking ikan ini. Sebagai jurus mendongkrak produktivitas perikanan budidaya nasional secara berkelanjutan,” ujarnya.
Restocking merupakan agenda rutin KKP yang menjadi prioritas, selain untuk menjaga ketahanan pangan bagi masyarakat perairan umum, kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi di perairan umum sebagai ekosistem yang seimbang untuk pendapatan masyarakat.
“Untuk merealisasikan itu semua, KKP melalui UPT DJPB terus berupaya dengan memproduksi benih ikan secara massal, untuk memenuhi kebutuhan benih bagi pembudidaya secara umum, dan benih juga dilakukan untuk menunjang kebutuhan restocking ikan yang rutin dilakukan di perairan umum sebagai upaya menjaga kelestarian sumber daya ikan di alam,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Anggia Erma Rini, menyebutkan Danau Singkarak merupakan danau yang sangat besar di Sumatera Barat yang membentang di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Ada salah satu yang spesifik adalah endemik ikan bilih yang sudah mulai punah, dan harapannya dengan kunjungan kerja Komisi IV DPR RI bersama-sama dengan KKP ini mampu mencari jawaban untuk mengembangkan kembali serta memulihkan ikan bilih.
“Melalui kegiatan restocking ini mudah-mudahan memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitar Danau Singkarak di masa-masa mendatang,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, Yosmeri mengungkapkan, Ikan Bilih ini merupakan satu-satunya ikan di dunia yang hanya ada di Danau Singkarak. Problemnya, Ikan Bilih ini mulai punah, dalam artian jumlahnya berkurang dan ukuran juga mengecil akibat eksploitasi penangkapan yang intensif dengan menggunakan alat tangkap yang tidak selektif, yaitu bagan.
Dikhawatirkan, jika tidak dilakukan budidaya melalui pembenihan Ikan Bilih, dipastikan akan terjadi kepunahan. Padahal, Ikan Bilih ini selain ikan endemik, juga memiliki gizi dan nilai protein yang tinggi terutama bagi anak yang berada dalam masa pertumbuhan dalam upaya mengatasi stunting. Kita semua berharap Ikan Bilih bisa tetap lestari,” harapnya.
Boyun menambahkan BPBAT Sungai Gelam juga telah melakukan beberapa alternatif kegiatan dengan tujuan mengalihkan nelayan penangkap Ikan Bilih dengan berbudidaya ikan. Beberapa tahun terakhir ini, BPBAT Sungai Gelam sudah memberikan bantuan baik calon induk, benih ikan maupun program prioritas percontohan seperti budidaya ikan sistem bioflok kepada nelayan penangkap ikan bilih di sekitar Danau Singkarak. Bantuan tersebut diberikan dengan harapan dapat menjadi stimulan bagi masyarakat dan generasi muda di sekitar danau dengan membudidayakan ikan di darat sekitar Danau Singkarak, sehingga kelestarian lingkungan dan plasma nutfiah Danau Singkarak khususnya ikan bilih tetap terjaga. (ATN)