MAKASSAR, LENTERASULTRA.COM – Dua penyerang yang diyakini merupakan anggota jaringan militan yang setia kepada ISIS meledakkan diri di luar Gereja Katedral Makassar di tengah Misa Minggu Palma, melukai sedikitnya 20 orang. Wilhelmus Tulak, pastor di Gereja Katedral Hati Yesus Maha Kudus di Makassar, mengatakan dia baru saja selesai memperingati Misa Minggu Palma saat sebuah ledakan besar mengejutkan para jemaatnya. Dia mengatakan ledakan itu terjadi sekitar pukul 10:30 pagi ketika jemaat kelompok pertama sedang keluar gereja, dan kelompok kedua hendak masuk.
Dia mengatakan para petugas keamanan di gereja itu mencurigai dua laki-laki pengendara motor yang ingin memasuki kompleks itu. Dan ketika para petugas menghampiri keduanya, salah seorang diantaranya meledakkan bom. Polisi kemudian mengatakan kedua penyerang itu tewas di tempat. Dan bukti yang dikumpulkan di tempat kejadian mengindikasikan bahwa salah seorang dari kedua pelaku itu adalah perempuan. Korban luka termasuk empat satpam dan beberapa jemaat, kata polisi.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan kepada para wartawan ketika mengunjungi TKP pada Minggu malam (28/3) bahwa kedua pelakunya diyakini merupakan anggota kelompok militan Jemaah Anshorut Daulah (JAD). Kelompok itu menyatakan sumpah setia kepada ISIS dan bertanggung jawab atas pemboman mematikan di beberapa gereja Indonesia pada 2018.
Dia mengatakan salah seorang penyerangnya diyakini berkaitan dengan pemboman gereja di Filipina. Serangan yang terjadi seminggu sebelum Paskah di negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia itu terjadi ketika negara itu sedang waspada tinggi menyusul penangkapan pemimpin kelompok militan Asia Tenggara, Jemaah Islamiyah (JI), pada Desember lalu. JI dianggap sebagai kelompok teroris oleh banyak negara.
Indonesia telah berjuang melawan militan sejak pemboman di pulau Bali pada 2002 yang menewaskan 202 orang, kebanyakan turis asing. Berbagai serangan yang tadinya lebih banyak menarget orang asing, beberapa tahun terakhir mulai bergeser menjadi serangan lebih kecil, yang menarget pemerintah, polisi, pasukan anti-terorisme dan orang-orang yang disebut “kafir” oleh militan.
Polisi telah mengidentifikasi salah seorang penyerangnya dengan inisial L. Mereka meyakini L terkait dengan serangan bom bunuh diri tahun 2019 yang menewaskan 23 orang di Gereja Katolik Maria Gunung Karmel di provinsi Sulu, kata Listyo.
Dia mengatakan kedua pelaku terkait dengan sebuah kelompok terduga militan yang ditangkap di Makassar pada 6 Januari, ketika polisi kontraterorisme menembak mati dua tersangka militan dan menangkap 19 lainnya. Para anggota satuan kontraterorisme itu sedianya akan menangkap kedua laki-laki yang kemudian tewas itu atas dugaan peran mereka dalam pemboman bunuh diri di Filipina.
Dia mengatakan pada Minggu (28/3) polisi menangkap empat tersangka militan yang diyakini terkait dengan kedua pelaku itu dalam sebuah penyerbuan di Bima, pulau Sumbawa di provinsi Nusa Tenggara Timur.
“Kami masih memburu para anggota lain kelompok itu dan saya telah memerintahkan Densus 88 untuk memburu pergerakan mereka,” kata Listyo, dikutip dari voaindonesia.com.
Serangan besar sebelumnya di Indonesia terjadi pada Mei 2018, ketika dua keluarga melancarkan serangkaian serangan bom bunuh diri di beberapa gereja di Surabaya. Peristiwa itu menewaskan belasan orang termasuk dua anak perempuan yang dilibatkan oleh orangtua mereka dalam salah satu serangan. Polisi mengatakan ayahnya adalah pemimpin afiliasi lokal Jemaah Anshorut Daulah (JAD).
Presiden Joko Widodo mengutuk keras serangan hari Minggu (28/3) itu dan mengatakan kejahatan itu tidak berkaitan dengan agama apapun karena semua ajaran agama menolak terorisme apapun alasannya.
Jokowi pun mendoakan kesembuhan para korban luka-luka. Presiden memastikan negara akan menjamin semua biaya pengobatan dan perawatan seluruh korban. Presiden telah memerintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas dan membongkar jaringan yang terlibat.
Pada akhir Misa Minggu Palma di Basilica Santo Pentrus, yang mengawali upacara Pekan Suci di Vatikan, Paus Fransiskus mengajak umat berdoa untuk para korban serangan bom di Indonesia.
“Mari kita berdoa bagi semua korban kekerasan, terutama mereka yang menjadi korban dalam serangan pagi ini di Indonesia, di depan Katedral Makassar. Semoga Bunda Maria yang selalu menjadi perantara pada jalan keimanan menolong kita.”
Keuskupan agung di Washington mengatakan, “Kami bergabung bersama Paus Fransiskus dalam mendoakan para korban serangan yang keji ini,” katanya dalam pernyataan yang diemail kepada Associated Press.
Di Atlanta, yang ditinggali banyak komunitas Asia, Uskup Agung Gregory J. Hartmayer mengatakan dalam pernyataan, “Sementara kita memasuki pekan paling suci sepanjang tahun, kami sekali lagi berduka atas jatuhnya korban dalam kekerasan yang tak berperikemanusiaan. Saya ikut mendoakan mereka yang tewas dan terluka dalam pemboman bunuh diri di Indonesia.”
Sedikitnya 20 orang terluka dalam serangan itu dan dilarikan ke rumah sakit, kata Mohammad Mahfud MD, Menteri Koordinator Politk, Hukum, dan Keamanan.
Indonesia siaga tinggi sejak polisi pada Desember menangkap pemimpin JI, Aris Sumarsono alias Zulkarnaen. Dalam sebulan belakangan, Densus 88 telah menangkap sekitar 64 tersangka, termasuk 19 di Makassar, setelah menerima petunjuk mengenai kemungkinan terjadinya serangan terhadap polisi dan rumah ibadah.
JI pernah dianggap sebagai jaringan teroris yang unggul di Asia Tenggara, tapi melemah dalam sepuluh tahun terakhir karena penindakan keras oleh polisi. Namun beberapa tahun belakangan sebuah ancaman baru muncul di kalangan militan yang berjuang bersama ISIS di Irak dan Suriah dan pulang ke Indonesia atau mereka yang terinspirasi oleh serangan kelompok itu di luar negeri. [vm/jm/VOA]