JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Perusahaan Singapura Silkroad Nickel Ltd dan produsen baja nirkarat asal China, PT Ekasa Yad Resources, salah satu unit dari Tsingshan Holding Group, telah menandatangani kontrak senilai USD90 juta atau senilai Rp1,3 triliun untuk jual beli nikel kadar tinggi dari tambang Morowali. Silkroad akan mengirim pasokan bijih nikel minimum ke Tsingshan sebesar 50.000 ton per bulan mulai dari Maret 2021 sampai dengan Desember 2022.
Tsingshan akan menggunakan bijih nikel untuk membuat bahan baku nickel pig iron (NPI) di Indonesia dan perusahaan itu juga tengah menjajaki proyek pengolahan nikel yang menghasilkan bahan kimia untuk produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia.
“Bijih nikel diharapkan dapat digunakan untuk memenuhi peningkatan permintaan dari berkembangnya industri baterai kendaraan listrik,” jelasnya, dikutip dari asiatoday.id.
Silkroad yang pada Januari lalu juga menandatangani perjanjian penjualan bijih nikel selama 10 tahun ke Ganfeng Lithium, bermaksud menggunakan sebagian dari hasil kesepakatan dengan Tsingshan untuk membangun smelter rotary kiln electric furnace (RKEF) untuk produksi NPI.
Freeport dan perusahaan asal China tersebut akan menandatangani kontrak dengan nilai investasi sebesar USD2,8 miliar atau setara Rp39,2 triliun.
“Tsingshan dan Freeport akan teken kontrak USD2,8 miliar untuk smelter,” kata Luhut di forum dialog khusus di IDX Channel, Rabu (3/2/2021).
Menurut Luhut, smelter tembaga yang akan dibangun Tsingshan dan Freeport nantinya juga menghasilkan produk sampingan berupa asam sulfat yang bisa menjadi bagian material pembuatan baterai litium.
“Keduanya akan membuat smelter tembaga yang sebagian akan menghasilkan asam sulfat. Ini asam sulfat akan menjadi bagian litium baterai,” jelasnya.
Luhut juga menyebutkan, di Weda Bay rencananya juga dibangun smelter bijih nikel untuk bahan baku baterai. Jika berjalan sesuai rencana, smelter nikel sudah akan beroperasi dan memproduksi litium baterai pada 2023. (ATN)