YANGON, LENTERASULTRA.COM – Teror Militer di Myanmar menciptakan trauma bagi penduduk negeri. Ribuan warga yang ketakutan terpaksa mengungsi untuk mencari tempat berlindung. Mereka meninggalkan kawasan industri di ibu kota komersial Yangon, Myanmar pada Selasa (16/3). Pengungsian terjadi setelah kota itu ditetapkan sebagai wilayah darurat militer oleh junta militer yang berkuasa menyusul protes berdarah anti-kudeta selama akhir pekan.
“Di sini seperti zona perang, mereka menembak (militer) di mana-mana,” kata seorang penyelenggara buruh di distrik Hlaing Tharyar kepada Reuters, seraya menyebut sebagian besar penduduk terlalu takut untuk keluar.
Lebih dari 40 orang tewas oleh pasukan keamanan dalam protes di Hlaing Tharyar pada Minggu (14/3) dan beberapa pabrik China dibakar. Keluarga dari banyak korban menghadiri upacara pemakaman pada hari Selasa (16/3). Myanmar berada dalam krisis politik sejak militer melancarkan kudeta terhadap pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari. Militer menahan Suu Kyi dan anggota partainya lainnya, yang menimbulkan kecaman internasional yang meluas.
Prancis menyatakan Uni Eropa akan menyetujui sanksi terhadap orang-orang yang berada di balik kudeta tersebut pada Senin (22/3) depan. Sementara itu, junta menuduh utusan internasional pemerintah yang digulingkan itu melakukan pengkhianatan karena mendorong kampanye pembangkangan sipil dan menyerukan sanksi, kata televisi yang dikelola militer. Tuduhan pembangkangan tersebut membawa kemungkinan sanksi hukuman mati. Anggota parlemen Myanmar yang digulingkan junta, dokter Sasa yang tidak berada di negara itu, mengaku bangga telah didakwa.
“Para jenderal ini telah melakukan tindakan pengkhianatan setiap hari. Mengambil apa yang mereka inginkan untuk diri mereka sendiri, menyangkal hak-hak rakyat dan menindas mereka yang menghalangi mereka,” katanya seperti dikutip dari Asiatoday.id.
Menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, lebih dari 180 pengunjuk rasa telah tewas ketika pasukan keamanan mencoba untuk menghancurkan gelombang demonstrasi. (ATN)