JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Pemerintah Inggris berkomitmen penuh untuk menekan laju pemanasan global dan perubahan iklim melalui program konservasi hutan hujan secara global termasuk di Indonesia. Untuk mengimplementasikan itu, Inggris telah meluncurkan pendanaan baru senilai £150 juta atau setara Rp 3 triliun, pada Selasa (16/3/2021).
“Total luasan wilayah sasaran investasi ini setara Wales atau luas gabungan pulau Flores dan Bali,” demikian menurut keterangan Kedutaan Besar Inggris, seperti dikutip dari Asiatoday.id.
Tujuan investasi ini adalah memangkas jutaan ton emisi karbon dan meningkatkan kualitas hidup lebih dari 600.000 orang di wilayah hutan tropis di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Program Mobilisasi Finansial untuk Hutan ini ditujukan untuk bisnis dan investor yang mendukung dan melaksanakan proyek penggunaan lahan berkelanjutan dan melindungi kawasan hutan hujan seperti Amazon dan lembah sungai Indonesia.
“Indonesia adalah kandidat utama yang dapat memperoleh keuntungan dari pendanaan ini. Saya berharap inisiatif ini dapat mendukung pekerjaan besar yang berlangsung di Indonesia saat ini – yaitu memperluas peluang ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di dalam atau sekitar kawasan hutan, sambil membantu kelompok masyarakat tersebut mengelola hutan secara berkelanjutan,” kata Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins.
“Mekanisme ini adalah yang pertama diluncurkan, bertujuan untuk memobilisasi modal swasta untuk mendukung dan melindungi hutan dunia. Saat kami berupaya memerangi perubahan iklim, hutan adalah sekutu terbesar umat manusia. Indonesia akan mendapatkan keuntungan besar dengan menjadi rumah bagi beberapa hutan terbesar di dunia. Dan hutan-hutan ini semakin tinggi nilainya karena mereka sangat berperan penting dalam semua kehidupan,” tambahnya.
Program ini diharapkan dapat menarik investasi swasta sebesar £ 850 juta, mendukung terciptanya ribuan lapangan kerja yang mendukung pelestarian lingkungan di berbagai sektor, seperti pertanian, pangan, dan teknologi di wilayah-wilayah ini, dan diperkirakan akan berkontribusi sebanyak 23 persen untuk kepentingan pengurangan emisi karbon dan dampak iklim dekade berikutnya guna memenuhi tujuan yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.
Proyek-proyek yang berpeluang mendapat kucuran investasi termasuk sektor-sektor yang mendukung rantai pasokan yang transparan dan menerapkan standar bebas deforestasi, dan juga mendukung sekitar 600.000 petani skala kecil dan para produsen makanan untuk memasukkan aspek perlindungan hutan ke dalam produk pertanian. Pendanaan ini akan membantu menghilangkan 28 juta ton CO2 dari atmosfer, atau setara dengan seluruh emisi CO2 London setiap tahunnya selama 15 tahun ke depan.
Pendanaan ini akan dilakukan melalui investasi pada proyek-proyek ramah lingkungan seperti panen berkelanjutan pada kacang-kacangan, biji-bijian dan kopi; pemulihan kerusakan hutan; pengembangan diversifikasi pangan sebagai upaya pencegahan erosi; dan peluncuran kegiatan konservasi–restorasi hutan tropis sebagai penyerap dan penyimpan karbon yang paling efektif dan alami.
Pendanaan ini merupakan bagian dari komitmen Inggris sebesar £11,6 miliar untuk pembiayaan iklim internasional, yang mencakup juga janji Perdana Menteri Boris Johnson baru-baru ini untuk membelanjakan setidaknya £ 3 miliar bagi perlindungan alam dan keanekaragaman hayati yang tak ternilai harganya selama 5 tahun ke depan, di mana proyek pemeliharaan hutan akan diutamakan.
Menteri Energi Anne-Marie Trevelyan mengatakan bahwa dampak deforestasi sangatlah buruk – baik terhadap masyarakat penghuni hutan hujan dan juga terhadap upaya global memerangi perubahan iklim. Menurut menteri, kesehatan hutan tropis bumi sangat penting bagi kesehatan planet, dan harus ada upaya global yang maksimal untuk melindungi serta melestarikan ekosistem penting ini. Pendanaan baru ini akan meningkatkan investasi pada proyek-proyek di garis depan, sekaligus memberi keyakinan bagi lembaga-lembaga keuangan untuk berinvestasi, sehingga dapat menarik dan mengamankan sebanyak £ 850 juta dari sektor swasta.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Internasional Inggris Lord Goldsmith mengatakan deforestasi bukan saja menjadi penyumbang utama perubahan iklim, tetapi juga penyebab utama musnahnya keanekaragaman hayati dan rusaknya sumber pendapatan ratusan juta orang yang bergantung pada hutan. Alasan itu mendorong Inggris untuk benar-benar berkomitmen dalam mengatasi deforestasi global. Selain memperluas hutannya sendiri, Inggris juga bekerja secara internasional untuk mengatasi penyebab utama kerusakan hutan dan melindungi keberadaan hutan.
“Pendanaan ini menunjukkan kepemimpinan Inggris menjelang konferensi penting KTT G7 dan COP26 (Konferensi Perubahan Iklim PBB). Seperti kami jelaskan, tidak ada jalan untuk mengatasi perubahan iklim tanpa melibatkan pemulihan lingkungan,” kata Goldsmith.
Lebih dari seperempat populasi dunia bergantung pada sumber daya hutan untuk mata pencaharian mereka, termasuk menyediakan lebih dari 13 juta pekerjaan ramah lingkungan. Hutan hujan juga merupakan habitat bagi beragam tumbuhan dan hewan dan melindungi ketahanan planet terhadap perubahan iklim, termasuk menyimpan karbondioksida di batang pohon, akar dan tanah.
Akibat penggundulan hutan, dunia telah kehilangan sepertiga dari hutannya sejak zaman es terakhir – wilayah berukuran dua kali luas Amerika Serikat, dan melepaskan seperlima dari emisi gas rumah kaca dunia, demikian disebutkan. Pada tahun 2030, transisi global menuju pangan berkelanjutan dan penggunaan lahan akan bernilai £ 1,8 triliun per tahun. Program ini dilaksanakan melalui kemitraan dengan Lembaga Keuangan Pembangunan Belanda, yang akan berinvestasi bersama hingga £ 36 juta dari modal sendiri dalam proyek. (ATN)