KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Di tengah pandemi covid-19, dimana pemerintah tengah fokus bekerja keras mencegah penyebaran covid-19, kini pemerintah juga harus tetap mencegah penularan satu Virus penyakit yang sampai saat ini juga belum ditemukan obatnya. Human Immunodeficiency Virus( HIV) merupakan virus dan penyakit yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika tidak cepat mendapatkan penanganan maka semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit. Jika Infeksi HIV ini tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Akan tetapi, ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dapat meningkatkan harapan hidup penderita asalkan ditangani sedini mungkin.
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan, mencatat adanya penambahan empat kasus HIV-AIDS selama pandemi Covid-19 sejak Januari-November 2020. Penambahan penderita HIV/AIDS diketahui melalui deteksi dini atau screening test terhadap infeksi virus HIV/AIDS.
Bidang Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan, Yuyun Nirwana Subair menjelaskan, dari empat penambahan kasus baru tersebut, satu diantaranya baru saja melahirkan. Namun pasien tersebut bukan berasal dari Kabupaten Konawe Selatan.
“Hari ini baru saja terjadi penambahan satu kasus baru, dan ibu tersebut baru saja melahirkan tapi bukan pasien dari sini. Hanya saja ibu tersebut kebetulan melahirkan di Konawe Selatan, dan nantinya kami akan tetap memberikan rujukan untuk pengobatan di tempat asalnya,” ungkap Yuyun.
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan telah mencatat sejak Februari 2017 hingga November 2020, total kasus yang ditemukan sebanyak 29 kasus. Dengan rincian kasus 2017 sepuluh kasus, 2018 empat kasus, 2019 satu kasus dan 2020 empat kasus.
Ia menambahkan, Kurangnya edukasi mengenai penularan HIV membuat sebagian masyarakat menjauhi pengidap HIV. Padahal, penularannya tidak semudah itu. HIV tidak menular melalui air liur, keringat, sentuhan, ciuman, gigitan nyamuk atau bekas toilet. Tapi lebih kepada kontak cairan tubuh seperti darah dan sperma lewat perilaku seksual dan penggunaan jarum suntik.
“Banyak masyarakat yang berparadigma bahwa para pengidap HIV/AIDS itu cepat menular, banyak yang menganggap dengan hidup satu rumah atau pun bersentuhan serta berciuman sudah bisa terjangkit. Namun yang sebenarnya penularan HIV tidak segampang itu, penyakit TB lebih cepat menular ketimbang HIV/ AIDS,“ jelasnya.
Ia berharap, pandemi Covid -19 ini segera berakhir agar para tenaga medis dan penyuluh penanggulangan pencegahan penyakit , kembali melebarkan sayapnya dan semakin gencar untuk melakukan berbagai sosialisasi agar masyarakat dapat terhindar dari berbagai penyakit. (Ads/ Sri Ariani)
#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan
#cucitangandengansabun