Suka Duka Tim Satgas Covid-19 Mubar, Tetap Bekerja Meski Dicaci Maki Warga

Salah seorang garda terdepan sekaligus Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Muna Barat. Foto: Ist.

KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Menjadi garda terdepan pencegahan penyebaran Covid-19 menyimpan banyak cerita. Suka maupun duka dialami oleh tenaga kesehatan dan seluruh tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Salah satunya adalah Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Muna Barat, Rahman Saleh.

Saat itu, waktu menunjukan pukul 09.30 Wita. Diangkat menjadi Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Muna Barat sejak 23 Maret 2020 lalu, Rahman Saleh berusaha manjalankan amanah Bupati Mubar itu dengan baik.

Awal pandemi Covid-19 melanda, ia bersama tim gencar melakukan pencegahan. Mulai dari pengecekan di masing-masing perbatasan, menyemprot kendaraan warga yang memasuki wilayahnya, menelusurj warga yang melakukan perjalanan di luar daerah bahkan melakukan karantina. Hasilnya, pada Juni 2020 lalu daerah pemekaran baru itu menjadi satu-satunya wilayah yang mewakili Sultra masuk 38 daerah yang berhasil melakukan pencegahan Covid-19.

“Untuk mempertahankan zona hijau, kami melakukan deteksi terhadap warga dari luar daerah, screning bahkan pemantauan selama karantina,” ucapnya.

Jubir berkelahiran Juli 1975 itu menuturkan, saat pertamakali warganya positif tepatnya pada Mei 2020, upaya pencegahan makin ketat dilakukan. Tingkat kepatuhan dan antusias warga menekan virus mewabah itu dilakukan secara kolektif dan bersama-sama.

“Yang berkesan adalah adanya kesadaran masyarakat untuk mematuhi prokes dan membantu kami dalam memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarganya secara umum,” kata Pak Haji, sapaan akrabnya.

Seiring berjalannya waktu dan memasuki era new normal pihaknya mesti bekerja keras. Pasalnya muncul berbagai isu miring bahwa Covid-19 adalah “proyek” dan sengaja dibuat-buat. Hal ini tantangan sekaligus hambatan. Akibatnya, saat menjemput pasien positif, ia dihadapkan dengan aksi tak senonoh oleh keluarga korban.

“Hal yg terburuk adalah pada saat melakukan edukasi kepada pasien rapid reaktif, pasien positif dan keluarga untuk melakukan penanganan sesuai prokes tetapi menolak bahkan sampai mendapatkan kekerasan verbal, fitnah bahkan sampai pada pengancaman pasien maupun keluarga pasien,” katanya.

Mereka mendapat cacian, dihina dengan sebutan binatang bahkan dianggap sengaja meng-covidkan pasien untuk memperkaya diri. Kendati demikian, sebagai bentuk pengabdian dan tanggung jawab untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 di Mubar, ia tetap menjalankan tugas dengan baik demi keselamatan masyarakat, daerah dan negara.

Jubir yang menetap di Kelurahan Waumere, Kecamatan Tiket itu tak patah semangat. Ia tetap mengedukasi warga dan memberi suport kepada seluruh tim yang bertugas.

“Kalau bukan kami petugas kesehatan yang peduli siapa lagi. Kami bangga menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19 walaupun banyak tantangan kami tetap semangat,” tutupnya.

Menutup cerita, Rahman Saleh berharap agar kepatuhan masyarakat Mubar dalam menaati protokol kesehatan dapat ditingkatkan lagi. Sebab, orang tanpa gejala dan kasus positif semakin menunjukkan keganasan.

Data yang dihimpun lenterasultra.com, dari Satgas Covid-19 Sultra, hingga Minggu (29/11/2020) total pasien Covid-19 di Kabupaten Muna Barat sebanyak 27 orang, yang masih di isolasi sebanyak 13 dan dinyatakan sembuh 14 orang. (Ads/Ilma).

#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibubapakpakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan

MubarSuka Duka Tim Satgas Covid-19 MubarSultraTetap Bekerja Meski Dicaci Maki Warga