KENDARI, LENTERASULTRA.COM- Pelabuhan feri yang dikelola Dinas Perhubungan Sulawesi Tenggara (Sultra) hampir semuanya memiriskan. Selain pelabuhan Tampo, pendaratan feri Kendari juga lebih memprihatinkan. Tiang jembatan sudah keropos, fender dan bolder hilang dan lapuk karena karat, serta hampir semua lantai dermaga tidak beraturan lagi posisinya.
Ada yang sudah goyang-goyang, nampak agak turun ke laut dan terangkat naik, ada yang sudah lubang karena keropos, serta ada yang ditempel dengan kayu balok. Kerusakan ini, membuat dermaga movable bridge (MB) tidak berfungsi dan berubah menjadi pelencengan. Ironisnya, dengan pemandangan seperti itu, tidak membuat Dinas Perhubungan Sultra, instansi yang mengelola pelabuhan tersebut, respek.
Indikatornya, dengan kondisi pelabuhan yang sudah tidak layak seperti itu, instansi pimpinan Hado Hasina tersebut, belum juga melakukan perbaikan. Padahal, rusaknya pelabuhan feri Kendari, sudah bertahun-tahun terjadi dan dinikmati penggunanya.
“Mungkin nanti ada kendaraan yang jatuh ke laut atau ada korban jiwa, baru diperbaiki. Lihat sendiri kondisinya. Sudah banyak yang keropos dan lubang lantainya. Kalau tidak segera diantisipasi, terancam ambruk ini dermaga. Sampai hari ini, Dinas Perhubungan Sultra belum melakukan perbaikan,” kata Agus, hari ini, Selasa (3/11/2020).
Salah satu penduduk Konawe Kepulauan (Konkep) bilang, Dinas Perhubungan Sultra seharusnya respon dengan rusaknya pelabuhan feri Kendari. Selain menjadi jalur utama kendaraan bermotor dan penumpang dari Kota Kendari ke Langara, Konkep, sarana itu juga memberi kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) bagi Sulawesi Tenggara.
“Untuk penumpang saja, sekali menyebrang ke Langara, kami membayar retribusi pelabuhan sebesar tiga ribu rupiah sekali masuk. Belum lagi motor dan mobil. Karena menyumbang PAD, seharusnya kalau rusak, cepat diperbaiki,” sambung warga Konkep yang kerap bolak balik dari Langara-Kendari.
Manager usaha Angkutan Sungai Danau Penyebrangan (ASDP) Indonesia Feri Cabang Baubau, Supriadi mengatakan, kerusakan di pelabuhan feri Kendari terjadi pada dermaga movable bridge (MB). Jembatan bergerak ini, sudah tidak berfungsi lagi. Berbagai fasilitas lain di pelabuhan juga rusak dimakan usia.
Supriadi mengaku, rusaknya pelabuhan feri Kendari sudah berkali-kali dilaporkan dengan melayangkan surat serta melampirkan foto-foto kerusakan di Dinas Perhubungan Sultra. Namun sampai awal November 2020 ini belum ditindak lanjuti. “Sampai sekarang (awal November), sudah dua tahun saya masuk (jadi Manager usaha). Sebelum saya masuk sudah rusak memang,” katanya.
Rusaknya dermaga MB di pelabuhan Kendari, tidak hanya membuat penumpang dan pengendara bermotor yang melintas harus serba hati-hati. Nakhoda Armada feri yang melayani lintasan feri Kendari – Langara juga harus waspada. Sebab, jika tidak semua awas, maka bisa mengancam keselamatan. Penumpang dan pengguna kendaraan bisa jatuh ke laut, sementara armada feri bisa mengalami kerusakan. “Biasanya ada karet penyangga di ujung MB. Karena sudah rusak, maka besi dengan besi ketemu kalau kapal sandar. Jadi kita juga harus hati-hati,” kata salah seorang pegawai ASDP yang ditemui di pelabuhan Kendari.
Jamaluddin, salah seorang pegawai Dinas Perhubungan Sultra mengaku, rusaknya pelabuhan Kendari sudah lama terjadi. Namun kerusakan tersebut akan segera diperbaiki. “Informasinya tahun depan (2021) sudah diperbaiki,” ungkap Jamaluddin, saat ditemui di Pelabuhan feri Kendari, Senin (2/11/2020).
Penulis : Adhi