JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – PT Trinitan Metals & Minerals Tbk. (PURE) mendukung rencana investasi produsen mobil listrik asal Amerika Serikat yaitu Tesla di Indonesia.
Tesla dikabarkan sedang memulai pembicaraan awal dengan pemerintah Indonesia terkait dengan investasi di dalam negeri.
Saat ini, Trinitan tengah mengembangkan teknologi pemurnian mineral, pengelolaan limbah pertambangan dan eksplorasi tambang.
Salah satunya memanfaatkan teknologi Hidrometalurgi Step Temparature Acid Leach (STAL) di Indonesia untuk melakukan proses pemurnian berlapis, sehingga menghasilkan limbah padat yang sangat minim, penggunaan air dan energi yang minimal.
Menurut Direktur Utama TMM, Petrus Tjandra, teknologi Hidrometalurgi STAL dapat diaplikasikan untuk mendukung investasi Tesla di Indonesia.
“STAL mampu menghasilkan produk Nikel 99,96 persen (LME Grade) serta produk nikel sulfat dan kobalt sulfat battery grade yang dapat digunakan oleh para produsen baterai lithium ion,” kata Petrus Tjandra melalui keterangan tertulisnya dikutip Asiatoday.id, Jumat (9/10/2020).
PURE saat ini sedang mengembangkan skema mine-mouth leaching plant bekerja sama dengan para penambang Nikel di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Para penambang akan membangun leaching plant di setiap “mulut” tambang nikel milik mereka.
Petrus menjelaskan leaching plant ini akan mengolah bijih nikel laterit milik penambang menjadi produk Crude MHP (Mix Hydroxide Precipitate) dan MSP (Mix Sulphide Presipitate) dengan kadar nikel sekitar 24 persen hingga 40 persen, yang kemudian akan diolah untuk menjadi Nikel 99,96 persen serta nikel sulfat dan kobalt sulfat.
“Skema ini juga sejalan dengan permintaan Elon Musk agar penambang nikel menjaga kelestarian lingkungan, karena bahan galian yang sudah di proses nantinya akan dilakukan penyuburan kembali sehingga bisa dikembalikan ke lokasi dan dilakukan penanaman,” jelasnya.
Petrus menegaskan pihaknya memiliki komitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan mengaplikasikan zero waste management.
Teknologi STAL menghasilkan limbah residu sebanyak 30 persen hingga 40 persen, jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan teknologi lainnya yang menghasilkan limbah residu hingga 90 persen hingga 95 persen.
“Residu yang dihasilkan STAL memiliki kandungan besi sekitar 80 persen, dan dapat diolah menjadi iron ore untuk digunakan oleh industri baja. Selain itu dapat diolah menjadi bentuk batu bata,” tandasnya. (ATN)