Darurat Pendidikan Global: 463 Juta Anak Kesulitan Belajar Jarak Jauh

 

463 juta anak didunia mengalami kesulitan melakukan pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi Covid-19. —ist—
JAKARTA, LENTERASULTRA.COM
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (UNICEF) menyebutkan, 463 juta anak di dunia kesulitan melakukan pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi Covid-19.

“Banyaknya anak-anak yang pendidikannya tidak terganggu berbulan-bulan keadaan darurat bagi pendidikan global,” kata Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore, dalam sebuah pernyataan, Dilansir AFP sebagaimana dikutip Asiatoday.id, Jumat (28/8/2020).

“Dampaknya bisa dirasakan di ekonomi dan masyarakat selama beberapa dekade mendatang,” tambahnya.

PBB memperkirakan 1,5 miliar anak di seluruh dunia terdampak oleh penguncian wilayah (lockdown) atau penutupan sekolah yang disebabkan oleh pandemi.

Laporan tersebut menggarisbawahi keanekaragaman geografis yang luas dalam akses anak-anak ke pendidikan jarak jauh. Di Eropa, dampak tersebut lebih sedikit dibandingkan di Afrika atau sebagian wilayah Asia.

Laporan UNICEF berdasarkan data yang dikumpulkan dari sekitar 100 negara, mengukur akses publik ke internet, televisi, dan radio.

Menurut UNICEF, bahkan anak-anak dengan akses yang memadai mungkin juga menghadapi masalah lain dalam menerima pendidikan jarak jauh, seperti ruang belajar yang baik di rumah, tekanan untuk melakukan pekerjaan lain di rumah, atau kurangnya dukungan teknis saat masalah komputer muncul.

Di antara siswa di seluruh dunia yang tidak dapat mengakses pendidikan virtual, 67 juta berada di Afrika bagian timur dan selatan, 54 juta di Afrika bagian barat dan tengah, 80 juta di Pasifik dan Asia Timur, 37 juta di Timur Tengah dan Afrika Utara, 147 juta di Asia Selatan, dan 13 juta di Amerika Latin dan Karibia.

Tidak ada angka yang wilayah untuk wilayah Amerika Serikat dan Kanada.

Dengan segera dimulainya tahun ajaran baru di banyak negara, termasuk kelas tatap muka di banyak tempat, UNICEF kedekatan pemerintah untuk memprioritaskan pembukaan kembali sekolah yang aman ketika mereka mulai mengurangi pembatasan.

Jika pembukaan kembali tidak memungkinkan dilakukan, pemerintah harus membimbing “pembelajaran kompensasi untuk waktu instruksional yang hilang,” tandas UNICEF. (ATN)

pendidikan