Investasi China Mengubah Morowali Jadi Kawasan Industri Penting di Dunia

 

Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, Sulawesi Tengah. —ist–

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM

Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian mengungkapkan bahwa kerja sama investasi antara China dan Indonesia telah membawa perubahan signifikan, salah satunya di Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.

Menurut Xiao, Morowali dulunya hanya sebuah desa kecil. Dengan kehadiran Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), daerah itu kini menjelma menjadi kawasan industri penting.

“Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mengubah Morowali dari sebuah desa terpencil menjadi kota industri penting secara singkat dalam beberapa tahun,” terang Xiao dalam rekaman keterangan pers virtualnya yang dimonitotor Kamis (4/6/2020).

“(IMIP) mengisi sejumlah kekosongan pada industri pertambangan Indonesia termasuk pengolahan bijih nikel, baja, baja tahan karat, dan lain-lain dan menjadikan Indonesia sebagai produsen baja tahan karat terbesar kedua di dunia,” jelasnya sebagaimana dikutip Asiatoday.id.

PT IMIP merupakan perusahaan tambang berbasis nikel patungan antara Shanghai Decent Investment (Group) asal China dengan porsi saham 49,69 persen, PT Sulawesi Mining Investment 25 persen, dan PT Bintang Delapan Investama 25,31 persen.

Menurut Xiao, Morowali adalah contoh kerja sama dua negara yang mendorong perkembangan perindustrian di Indonesia.

“Kerja sama ekonomi dan perdagangan China dan Indonesia secara efektif mendorong perkembangan industri Indonesia, terus meningkatkan daya saing produk dan industri Indonesia, dan meningkatkan posisi Indonesia dalam rantai industri global,” imbuhnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, investasi China yang masuk Indonesia juga mempekerjakan tenaga kerja asing (TKA). Meski demikian, TKA itu akan berkurang dengan adanya politeknik.

Hal itu sebagaimana yang terjadi Morowali, di mana terdapat sekitar 5.000 TKA. Angka itu bakal berkurang karena di sana terdapat politeknik yang mendidik putra-putri Indonesia dan kemudian menggantikan pekerja asing itu.

“Saya dikoreksi Morowali sekarang 45 ribu orang, dengan TKA 5.000 jadi ya memang tidak bisa kita dihindari, kita harus pakai TKA dulu karena mereka yang paham teknologi ini. Karena teknologi yang ada pengamat bilang teknologi tahun 60, teknologi yang masih sangat tidak ramah lingkungan,” ujarnya.

“Investasi di situ tanpa lithium baterai sampai tahun 2024 itu itu kira-kira USD31 miliar dan ekspor dari sana itu kira-kira dekat USD30 miliar, ekspor terbesar kita nanti,” terangnya.

Kemudian, Weda Bay juga menciptakan lapangan kerja yang besar di sana. Menurut Luhut, jika smelter jadi dibangun di sana akan menciptakan 30 ribu lapangan pekerjaan.

“Weda Bay di Halmahera setengah dari Morowali kalau jadi masuk smelter dari copper, di sana angkanya bisa menjadi 30 ribu juga makanya kita ingin bangun politeknik juga di sana,” ujarnya.

Kemudian, lapangan kerja yang diciptakan di Konawe sekitar 10 ribu hingga 11 ribu. Jika ditotal maka ada sekitar 100 ribu lapangan kerja sampai tahun 2024.

“Jadi saya pikir sampai tahun 2024 angka kerja ini mungkin sampai ke 100 ribu lebih orang, kita belum bicara kepada multiplier effectnya,” tandasnya. (ATN)

IMIP Morowali