World Bank: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia akan Zero Bahkan Minus

 

The World Bank. —ist–

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM 

World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat hingga 0 persen, jauh merosot di bawah realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang masih berada di level 5 persen.

Anjloknya pertumbuhan ekonomi Indonesia itu akibat adanya pandemi global coronavirus (Covid-19) yang diikuti dengan upaya penanganan berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama dua bulan sejak April, Mei hingga awal Juni.

Perlambatan ekonomi Indonesia juga sebagai imbas dari perekonomian global yang melambat, baik di negara maju maupun berkembang.

Menurut Senior ekonom World Bank Ralph van Doorn, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan akibat maraknya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) seiring dengan kejatuhan ekonomi global yang mempengaruhi pasar keuangan dan saham serta penurunan kepercayaan konsumen.

Bahkan dalam skenario terburuk, jika PSBB terus berlanjut hingga 4 bulan, pertumbuhan Indonesia bisa minus 3,5 persen.

“Perlambatan investasi dipengaruhi oleh ketidakpastian akibat adanya infeksi dan penanggulangan Covid-19 sehingga mempengaruhi aktivitas ekonomi yang melemah dan turunnya harga komoditas dan perlambatan global,” jelas dia melalui pemaparan virtual dikutip Asiatoday.id, Selasa (2/6/2020).

Ralph juga memprediksikan utang RI berada di level 37 persen dari PDB yang didorong oleh defisit lebih tinggi, pertumbuhan lebih lambat, depresiasi nilai tukar rupiah, guncangan suku bunga, serta banyaknya pinjaman untuk membiayai paket stimulus. Karena itu, Bank Dunia menyiapkan skenario terburuk yaitu perekonomian Indonesia akan terkontraksi hingga 3,5 persen dari PDB.

Perlambatan ekonomi juga akan direfleksikan melalui tingkat ekspor-impor, di mana impor jauh lebih cepat turunnya.

Namun, seiring dengan adanya perbaikan Purchasing Manager’s Index (PMI) di China dan mulai diaktifkannya kembali perekonomian di Eropa, tentu hal itu akan diikuti dengan perbaikan secara bertahap.

Sementara itu,  Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Hidayat Amir optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap berada dalam skenario pemerintah yaitu 2,3 persen hingga minus 0,4 persen.

“Kalau World Bank menaruh situasi skenarionya pertumbuhan Indonesia full year nol persen tapi kami di pemerintah Kemenkeu memprediksikan akan tetap tumbuh di kisaran 2,3 persen sampai minus 0,4 persen,” jelasnya. (ATN)

Bank Dunia