YERUSALEM, LENTERASULTRA.COM Pasukan Israel mencegah seruan untuk shalat subuh (adzan) di Masjid Ibrahimi di kota Hebron di Tepi Barat yang diduduki, sekaligus menutup akses umat Muslim ke situs tersebut.
Melansir Middleeast sebagaimana dikutip Asiatoday.id, Sabtu (30/5/2020), Otoritas Palestina mengutuk pasukan pendudukan karena sengaja melanggar kebebasan beragama dengan menerapkan pembatasan seperti itu.
Masjid Ibrahimi ditutup dari awal Maret sementara Tepi Barat yang diduduki berurusan dengan pecahnya pandemi covid-19, itu dibuka kembali pada Selasa, bersama dengan Gereja Nativity di Bethlehem.
Menanggapi pelanggaran terbaru Israel, Direktur dan Kepala Masjid Ibrahimi, Sheikh Hafthi Abu Esnaina, mengatakan Israel berusaha untuk menjauhkan umat Muslim dari lokasi dengan menutup gerbang elektronik dan memblokir jalan warga di pos-pos pemeriksaan militer.
“Serangan terhadap tempat-tempat suci Islam” bertentangan dengan perjanjian internasional tentang kebebasan beragama,” ujarnya.
Pasukan pendudukan juga mencegah Komite Rehabilitasi Hebron (HRC) melanjutkan pekerjaan restorasi di situs suci kemarin dengan alasan bahwa mereka tidak memiliki izin yang diperlukan untuk melakukannya.
Namun Syekh Hafthi menjelaskan bahwa pekerjaan di masjid berada di bawah wewenang Kementerian Wakaf Palestina.
The Old City of Hebron, Al-Khalil dalam bahasa Arab, termasuk masjid Ibrahimi yang dikenal orang Yahudi sebagai Gua para Leluhur. Itu terdaftar sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2017.
100 Pelanggaran Israel di Palestina
Sementara itu, Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR) mendokumentasikan lebih dari 100 pelanggaran hukum hak asasi manusia internasional yang ditimbulkan oleh pasukan pendudukan dan pemukim Israel hanya dalam satu minggu di Wilayah Pendudukan Palestina (OPT).
Menurut laporan PCHR, total 106 pelanggaran HAM Israel dicatat secara komprehensif. Namun, pembatasan yang diberlakukan dalam keadaan darurat menghambat kemampuan LSM untuk mencakup semua insiden dalam OPT.
“Minggu ini, yang menandai hari libur Muslim, Idul Fitri, yang merayakan akhir bulan suci Ramadan, tidak berbeda, karena serangan IOF berlanjut; selain itu, pemukim menembak dan melukai petani Palestina, membakar tanah dan menyerang rumah-rumah,” kata LSM hak asasi tersebut.
Seperti dicatat PCHR, pasukan Israel secara tidak sah membunuh lima warga sipil Palestina, termasuk seorang anak yang tidak mengancam menggunakan amunisi langsung selama serangan militer Israel ke Ramallah dan Tubas.
Selain itu, Israel terus memperluas permukiman ilegal dan infrastruktur terkait di Tepi Barat yang diduduki, termasuk pembongkaran karavan dan sebuah rumah yang masih dalam pembangunan di Lembah Jordan tengah, karena tidak memiliki izin dari pihak berwajib, yaitu Israel.
Izin semacam itu hampir tidak mungkin diperoleh warga Palestina. Dikatakan tiga warga Palestina terpaksa menghancurkan rumah mereka sendiri.
Perluasan pembongkaran, kata PCHR, juga termasuk menggunakan buldoser di situs arkeologi Sebastia dan mencuri batu-batu kuno dari daerah sekitarnya.
Sekarang ada sekitar 650.000 pemukim Yahudi yang tinggal di wilayah Palestina yang diduduki, termasuk di Yerusalem Timur. Semua pemukiman Israel ilegal di bawah hukum internasional. Konvensi Jenewa Keempat melarang kekuatan pendudukan memindahkan penduduknya ke tanah yang diduduki. (ATN)