WASHINGTON, LENTERASULTRA.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tak memberi ruang sedikitpun bagi China. Ia terus menyerang China dan menyatakan bersalah atas pandemi coronavirus (Covid-19).
Kali ini Trump menyalahkan China dan menyebutnya melakukan ‘pembunuhan massal di seluruh dunia.’
Melalui tulisan di Twitter pada Rabu 20 Mei 2020 dikutip Asiatoday.id, menyebut retorika terbaru dari Gedung Putih. Di mana Trump membuat serangan terhadap Beijing sebagai pusat isu dari kampanye pemilihan ulang Presiden AS pada November mendatang.
“(Cara Tiongkok mengatasi pandemi covid-19) Itu adalah ‘ketidakmampuan Tiongkok, tidak ada yang lain, yang melakukan pembunuhan massal di seluruh dunia ini,” tulis Trump di twitternya.
Trump awalnya mengecilkan ancaman dari covid-19 dan mengatakan berulang kali bahwa China sedang menangani wabah. Dia kemudian berpaling menyalahkan Negeri Tirai Bambu karena membiarkan penyebaran internasional.
Gedung Putih juga telah menuduh tanpa ada bukti sejauh ini, bahwa virus tersebut berasal dari laboratorium dan secara tidak sengaja disebarkan.
Trump telah membuat ancaman balasan yang berulang tetapi tidak jelas terhadap saingan utama perekonomian AS itu. Dia juga mengancam akan menghentikan pendanaan AS untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Selama ini WHO dianggap Trump terlalu tunduk kepada China dalam menutupi tingkat penyebarannya.
Kebohongan Amerika
Kemarahan juga merebak di China, di mana Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian sebelumnya memprovokasi kemarahan Washington dengan mempromosikan teori konspirasi bahwa virus pertama kali dibawa ke China oleh militer AS.
Melawan kembali kritik Trump dari WHO, Zhao pada Rabu menyoroti apa yang disebutnya “banyak kesalahan dan celah di pihak AS, kebohongan dan tuduhan mereka.”
“AS tampaknya telah lupa bahwa di masa lalu, para pemimpin AS telah berulang kali dan secara terbuka memuji kerja antiepidemi China,” kata Zhao, melansir CNA, Kamis (21/5/2020).
“Banyak politisi AS yang ingin mengubah kesalahan tetapi tidak bisa menghilangkannya,” tegasnya.
Selama panggilan telepon dengan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Presiden Xi Jinping juga tampaknya melakukan serangan terhadap Amerika Serikat.
“Xi menekankan bahwa China menentang tindakan yang mengganggu kerja sama antiepidemi internasional dan membahayakan upaya dunia dan terutama negara-negara berkembang untuk memerangi pandemi,” lapor kantor berita negara Xinhua.
“China bersedia untuk terus bekerja dengan komunitas internasional, termasuk Bangladesh, untuk mendukung peran kepemimpinan WHO, mempromosikan kerja sama pencegahan dan pengendalian bersama internasional, dan menjaga keamanan kesehatan masyarakat global,” kata Xi.
Tetapi Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menegaskan bahwa pandemi covid-19 telah mengakhiri hubungan dekat China.
Menurut Pompeo, China secara ideologi dan politik sangat tidak ramah dengan negara bebas.
“China dipimpin oleh rezim pemerintahan yang otoriter dan brutal,” tuduh Pompeo.
Berdasarkan data Universitas Johns Hopkins pada Kamis 21 Mei 2020, jumlah korban positif covid-19 di AS mencapai 1.549.052 jiwa dengan kematian mencapai 93.214 jiwa dan orang yang sembuh hingga 294.312 pasien.
Sementara virus ini telah menginfeksi warga dunia hingga 4.968.689 orang dan menyebabkan 326.515 kematian. Adapun warga yang sembuh mencapai 1.885.535 orang. (ATN)