Ketimpangan Ekonomi Global: Kekayaan 2.153 Miliarder Mengalahkan Kekayaan 4,6 Miliar Orang

 

Pemukiman kumuh di tengah perkotaan. —ist–

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Sebuah badan amal yang berbasis di Inggris, Oxfam menyoroti ketimpangan ekonomi global yang kian menajam.

Dalam riset terbarunya dikutip AsiaToday.id menyebutkan, 1 persen orang terkaya di dunia memiliki lebih dari dua kali lipat kekayaan dibandingkan seluruh umat manusia. Dengan realitas ini, Oxfam menyerukan agar pemerintah di seluruh dunia mengadopsi kebijakan yang dapat menghapus ketimpangan ekonomi sosial.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan menjelang pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Oxfam mengatakan bahwa pemerintah telah lalai mengenakan pajak bagi para individu dan korporasi kaya, pada saat yang sama tidak menyediakan cukup pendanaan pada layanan publik.

Laporan berjudul ‘Time to Care’ ini juga menggarisbawahi disparitas ekonomi berdasarkan gender, mengutip bahwa perempuan dewasa dan anak-anak dibebani dengan tanggung jawab yang tidak proporsional, khususnya untuk pekerjaan di sektor jasa, dan lebih sedikit peluang ekonomi.

“Ketimpangan ekonomi telah menjadi di luar kendali, dimana kekayaan 2.153 miliarder melebihi kekayaan dari 4,6 miliar orang pada 2019,” tulis laporan tersebut, melansir Bloomberg, Selasa (21/01/2020).

Menurut CEO Oxfam India Amitabh Behar, ekonomi yang sedang terpuruk dimanfaatkan untuk mengisi pundi-pundi kekayaan para miliarder dan bisnis besar dengan mengorbankan rakyat biasa.

“Tidak heran jika orang-orang mulai mempertanyakan apakah status miliarder seharusnya ada,” tambahnya.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, tiga orang terkaya di dunia telah mengumpulkan kekayaan total sebesar USD231 miliar selama 1 dekade terakhir.

CEO Facebook Mark Zuckerberg, orang terkaya kelima di dunia, mencatatkan pertumbuhan kekayaan tertinggi tahun lalu, dengan keuntungan bersih sekitar USD6 miliar.

Adapun, CEO Amazon.com Inc Jeff Bezos masih mengklaim posisi teratas dengan kekayaan bersih USD116 miliar.

Bloomberg Wealth mengungkapkan bahwa total kekayaan 20 miliarder teratas telah berlipat ganda dari USD672 miliar menjadi USD1.397 miliar sejak 2012.

“Jika orang biasa menghemat USD 10.000 per hari sejak piramida di Mesir dibangun, dia masih hanya memiliki seperlima dari rata-rata kekayaan lima besar miliarder dunia,” menurut Oxfam.

Para kritikus Oxfam telah menganggap statistik ketimpangan dari badan amal ini menyesatkan dan menunjukkan bahwa mereka secara drastis melebih-lebihkan skala masalah yang sebenarnya.

Namun, organisasi tersebut telah berulang kali mempertahankan analisisnya dan menentang tuduhan tersebut.

Statistik tahunan Oxfam merujuk padalaporan Global Wealth dari Credit Suisse, yang menurut Oxfam sendiri memiliki kualitas data yang buruk dan bahkan mungkin meremehkan skala kesenjangan kekayaan.

Mengutip penelitian Bank Dunia, Oxfam mengatakan, mengurangi kesenjangan ekonomi akan memiliki efek lebih besar pada penurunan kemiskinan ekstrem daripada hanya bergantung pada pertumbuhan ekonomi.

“Analisis itu menunjukkan bahwa jika negara mengurangi ketimpangan pendapatan sebesar 1 persen setiap tahun, 100 juta orang lebih akan hidup dalam kondisi yang lebih baik pada tahun 2030,” jelasnya.

Angka-angka dari Bank Dunia menunjukkan kemiskinan ekstrim telah menurun secara drastis dalam 2 dekade terakhir. Mereka menunjukkan jumlah orang yang hidup dengan kurang dari USD1,90 per hari menurun sebesar 1,1 miliar jiwa dari tahun 1990.

Meski demikian, Bank Dunia juga memperingatkan bahwa pengurangan kemiskinan telah melambat atau bahkan berbalik di beberapa negara.

736 juta orang masih hidup dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2015, lebih dari setengahnya berada di Afrika Sub-Sahara. (ATN)

ekonomi