Wabah Pneumonia di China Sudah Menyebar ke Beijing

 

China mengkhawatirkan penyebaran Pneumonia di Beijing ditengah banyaknya warga yang akan mudik merayakan Imlek. —ist–

BEIJING, LENTERASULTRA.COM – Otoritas kesehatan China melaporkan wabah Pneumonia misterius yang diakibatkan virus mirip SARS telah menyebar ke seantero negeri, termasuk ke ibu kota Beijing, Senin (20/01/2020).

Situasi ini menimbulkan kekhawatiran mendalam karena jutaan warga China mulai melakukan perjalanan pulang kampung untuk merayakan momen liburan Hari Raya Imlek.

Dikutip dari Asia Today. id, Senin (20/01/2020), China juga mengonfirmasi pasien ketiga yang meninggal dunia akibat Pneumonia misterius. Hingga saat ini, jumlah kasus yang terdeteksi juga mencapai hampir 140 korban.

Tipe baru dari coronavirus ini mengkhawatirkan karena keterkaitannya dengan SARS atau Sindrom Pernapasan Akut. SARS telah menewaskan hampir 650 orang di China dan Hong Kong pada periode 2002- hingga 2003.

Varian baru coronavirus ini pertama kali terdeteksi di kota Wuhan. Sepanjang akhir pekan kemarin, otoritas Wuhan mencatat ada 136 terduga pasien Pneumonia misterius.

Sementara di Beijing, otoritas setempat mengatakan dua orang yang sempat pergi ke Wuhan tengah dirawat atas keluhan Pneumonia. Keduanya dilaporkan berada dalam kondisi stabil.

Di Guangdong, pria berusia 66 tahun dikarantina sejak 11 Januari karena mengalami demam dan gejala lainnya setelah mengunjungi keluarga di Wuhan.

Total 201 orang di China saat ini didiagnosis terjangkit varian baru coronavirus. Di Wuhan, 170 orang masih dirawat di rumah sakit, termasuk sembilan yang berada dalam kondisi kritis.

Wuhan adalah kota berpenduduk 11 juta jiwa, dan merupakan salah satu yang banyak dilewati masyarakat Tiongkok di momen Hari Raya Imlek.

Sementara itu, Profesor Neil Ferguson dari Imperial College London mengestimasi angka kasus pneumonia misterius di Tiongkok jauh lebih tinggi data resmi, yakni mendekati 1.700. Ia mendasarkan estimasinya usai menerima laporan kemunculan dua kasus pneumonia misterius di Thailand dan satu di Jepang.

“Dengan adanya tiga kasus di negara lain, maka kemungkinan ada lebih banyak kasus dari yang telah dilaporkan sejauh ini,” kata Profesor Ferguson. (ATN)

China