36 Persen Anak di Sultra Mengalami Kekerdilan

 

ilustrasi stunting.

KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menegaskan, stunting dapat dicegah melalui penyiapan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi calon pasangan. Menurut Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), saat ini Indonesia sedang mengalami dan berusaha mengatasi permasalahan gizi ganda, yaitu kekurangan gizi seperti wasting (kurus) dan stunting (pendek) pada balita. Selain itu anemia pada remaja dan ibu hamil serta kelebihan gizi, termasuk obesitas baik pada balita maupun orang dewasa. Sekitar 37 persen atau 9 Juta anak balita, mengalami stunting, dan Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting ke-5 terbesar di dunia.

Di di Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri, 36 persen anak mengalami stunting. Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh keluarga yang miskin dan kurang mampu, akan tetapi stunting juga dialami oleh keluarga yang tidak miskin, yang berada di atas 40 persen tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi.

Stunting dapat terjadi karena masih terbatasnya pemahaman tentang pengasuhan yang tidak hanya dilakukan ketika anak sudah lahir. Tetapi juga dilakukan sejak anak masih berada di dalam kandungan sehingga orang tua dan keluarga dapat meminimalisir faktor risiko terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

Oleh karenanya, peningkatan upaya promotif dan preventif dalam rangka perbaikan gizi melalui optimalisasi pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dan penyiapan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja menjadi dua hal penting selain dengan memastikan terpenuhinya kebutuhan fisik dan mental ibu serta bayi selama masa kehamilan hingga anak menginjak usia dua tahun.

“Pengasuhan 1000 hari pertama kita harus perhatikan. Pastikan juga kebutuhan gizi selama masa kehamilan untuk si ibu dan bayi yang kita kandung,” ungkapnya.

Stunting dapat dicegah mulai dari masa remaja, saat seorang remaja dapat mempersiapkan dan merencanakan masa depan dan kehidupan berkeluarga. Indonesia sendiri sedang menyongsong era bonus demografi dimana proporsi dan jumlah remaja sangat tinggi terhadap total populasi. Menurut data Supas tahun 2015, jumlah penduduk usia 10-24 tahun mencapai sekitar 61 juta jiwa dan jumlah penduduk 10-24 tahun yang belum menikah sebanyak 54 juta.

BKKBN melalui program Generasi Berencana (GenRe), berupaya menyiapkan generasi muda untuk mampu mengisi bonus demografi, menyiapkan Generasi Emas Indonesia pada tahun 2045 mendatang. GenRe dikembangkan untuk penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan, berkarir dalam pekerjaan, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi.

“Program GenRE dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan, serta sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan menyiapkan kehidupan berkeluarga dalam upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Dengan bekal yang baik selama menjadi remaja GenRE, diharapkan dapat membentuk keluarga yang sejahtera, damai, dan tentram. Tanpa ada keluarga yang tenteram, mustahil bisa melahirkan anak-anak yang unggul dan berkualitas.” pungkasnya.

Reporter: Nanan
Editor: Wuu

BKKBN SultraKota KendariStuntingSultra