Dana UKT Selangit, Mahasiswa UHO Gunakan Kursi Yang Sudah Reyot Saat Kuliah

 

Ruang perkuliahan di FKIP, UHO. Tampak kursi kayu memenuhi ruangan berlantai keramik putih yang mulai pecah-pecah. Foto: Rais.

KENDARI, LENTERASULTRA.COM – Di tengah banyaknya mahasiswa UHO yang menjerit akibat biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang selangit, rupanya hal itu tidak sebanding dengan fasilitas yang diberikan. Sebut saja kondisi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Kursi yang digunakan sebagai fasilitas utama saat proses perkuliahan terbuat dari kayu, bertuliskan ‘anggaran 1989’. Kursi yang kebanyakan sudah reyot ini tentu membuat mahasiswa tidak nyaman.

Sebagian kayunya sudah dimakan rayap dan tempat duduknya bolong. Tak jarang juga sandaran tangannya hilang entah kemana, paku yang mulai menonjol sehingga tak jarang membuat pakaian mahasiswa terjepit dan robek.
Belum lagi papan tulis yang copot, sudah penuh coretan dan menghitam.

Padahal UKT mahasiswa UHO tak sedikit. Rata-rata UKT mahasiswa FKIP sebesar Rp2,5 juta. Bahkan ada yang mencapai Rp 3 juta sampai 4 juta rupiah per semester.

“Harusnya fasilitas dilengkapi, kami kan sudah membayar UKT. UKT saya 3,5 juta, tapi kursinya dari dulu tidak diganti,” tutur Nur.

“Saya sampai 4 juta”, ungkap Ahmad, mahasiswa baru Kampus Hijau Bumi Tridharma tersebut menimpali.

Menurut mahasiswa yang tutin membayarkan kewajibannya, Oktavian, seharusnya kampus memberikan perhatian dengan memperbaiki fasilitas yang ada.

“Harusnya pihak birokrasi yang mengurus alat perlengkapan gedung, memperbaiki fasilitas yang rusak terutama kursi, karena kursi sangat penting. Apalagi kursinya dari tahun 1989, itu kan sudah tidak layak pakai. Apalagi banyak Mahasiswa yang kuliah, kadang tidak cukup. Padahal kami sudah membayar UKT”, ungkapnya.

Bukan hanya persoalan kursi, kondisi gedung kuliah juga terlihat sudah tidak kondusif. Seperti jendela dan ventilasi yang rusak, tidak adanya kipas sampai gedung lantai satu dan dua yang mulai retak.

“Kalau kuliah panas. Apalagi jumlah mahasiswa yang kuliah sampai 50-an ke atas, rasanya gerah sekali ditambah dengan kursi yang buat pantat sakit. Baru jendela dan ventilasi tidak berfungsi lagi. Ini juga lantainya sudah retak-retak, tinggal tunggu runtuhnya”, keluh salah satu mahasiswa FKIP, Gusti.

Hal yang sama juga dirasakan salah satu dosen UHO saat mengajar. Ia tak bisa menyembunyikan rasa gerahnya.

“Gerah sekali yah”, keluhnya sambil mengipas menggunakan kertas.

Mereka berharap, kondisi ini menjadi perhatian serius birokrasi kampus. Karena beberapa fakultas di UHO sudah memiliki fasilitas yang layak. Berbeda dengan fakultas-fakultas yang didirikan sejak awal, salah satunya FKIP.

Terkait hal ini, jurnalis lenterasultra.com pun sudah melakukan konfirmasi kepada Rektor UHO, Prof. Zamrun, namun tidak mendapat izin dari staf yang bertugas. Saat dihubungi via telepon pun tidak ada jawaban.

Reporter: Rais
Editor: Wuu

Kota KendariSultraUniversitas Halu Oleo