Jokowi Usulkan Alumni SMA 1 Kendari Jadi Kapolri

Kabareskrim Polri, Komjen Pol Idham Azis. (Istimewa)

JAKARTA, LENTERASULTRA.COM – Presiden Joko Widodo (Jokowi) sepertinya melirik betul kinerja Kabareskrim Polri, Komjen Pol Idham Azis. Betapa tidak, dalam kurun waktu 30 tahun mengabdi di Korps Bhayangkara, alumni SMA 1 Kendari itu, bakal kembali dipercaya mengemban amanah tertinggi di Kepolisian.

Jika pada Januari 2019 lalu, ia dipercaya sebagai Kabareskrim Polri. Kini, pria kelahiran Kendari, 30 Januari 1963 tersebut bakal dipercaya mengendalikan tongkat Kapolri menggantikan Tito Karnavian yang didapuk sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri).

“Pengganti kapolri adalah sudah kami ajukan juga ke DPR. Pak Idham Azis Kabareskrim, satu saja,” ujar Presiden RI, Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu, (23/10/2019).

Sementara itu, DPR mengaku telah menerima surat presiden (surpres) terkait pencalonan Idham Azis sebagai Kapolri. Namun Idham tak bisa lolos begitu saja, ia harus menjalani serangkaian tes di Senayan.

Menurut Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, DPR perlu melakukan fit and proper test atau uji kelayakan dan kepatutan terlebih dahulu.

“Sudah masuk. Benar, Idham Aziz. Menunggu Komisi III disepakati dulu. Komisi III baru minggu depan, setelah itu langsung kita adakan fit and proper test,” ucap Sufmi secara terpisah.

Asal tahu saja, jika Idham berhasil lolos melewati serangkaian itu, ia bakal meraih empat bintang dan menyandang status jenderal.

Lantas siapakah Idham Azis?

Dilansir dari berbagai sumber, Idham Azis menuntaskan pendidikan mulai dari SD di Kampung Salo, lalu di SMP 2 dan SMA 1 Kendari.  la lalu mencoba ikut seleksi Akpol tapi belum beruntung.  Sembari menunggu seleksi tahun berikutnya,  Idham muda mendaftarkan diri jadi mahasiswa di Unhalu-kini UHO-di Fakultas Pertanian.  Tahun berikutnya,  ia tes kembali dan lagi-lagi gagal. Tapi Idham tetap menyimpan impiannya itu. Sampai kali ketiga tahun 1988 ia pun lulus.

Anak dari Tuti Pertiwi dan H Abdul Azis Halik itu, memulai karirnya sebagai Pamapta di Polres Bandung. Dia menduduki beberapa jabatan di Polres Bandung hingga 1999 hingga akhirnya dimutasi sebagai Kanit di Ditreskrimum Polda Metro Jaya dengan pangkat mayor atau kompol.

Sejak itu, Idham beberapa kali menduduki jabatan di bidang reserse. Pada September 2004, Idham sempat menduduki jabatan Wakapolres Metro Jakarta Barat (Jakbar) selama sebulan sebelum akhirnya dimutasi menjadi Inspektur Bidang Operasi di Polda Sulawesi Tengah (Sulteng).

Pada Juni 2005, suami dari Fitri Handari itu memulai karirnya di Densus 88 Anti-teror dengan jabatan sebagai Kanit Pemeriksaan Subden Investigasi. Idham bersama Tito Karnavian yang kala itu sama-sama masih berpangkat AKBP berhasil melumpuhkan otak bom Bali Dr Azahari pada 9 November 2005. Sehari setelahnya, Idham diperintahkan ke Poso mendampingi Tito menuntaskan kasus mutilasi tiga gadis Kristen.

Setelah menduduki sejumlah jabatan di Densus 88 Anti-teror, Idham kemudian dimutasi sebagai Kapolres Metro Jakarta Barat pada akhir 2008. Setahun kemudian digeser menjadi Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya (PMJ).

Pada September 2010, Idham didapuk menjadi Wakil Kepala Densus 88 Anti-teror Polri mendampingi Tito. Jabatan itu diemban selama sekitar 2,5 tahun hingga akhirnya dimutasi menjadi Dirtipikor Bareskrim Polri sekaligus mendapat promosi pangkat menjadi Brigjen atau jenderal bintang satu.

Kemampuannya di bidang terorisme membuat Idham dipercaya sebagai Kapolda Sulteng pada Oktober 2014. Dimana Sulteng saat itu merupakan wilayah yang rawan dengan kelompok sipil bersenjata.

Dia kemudian ditarik kembali ke Mabes Polri dengan menjabat sebagai Inspektur Wilayah II Itwasum Polri pada Februari 2016. Belum setahun, dia kemudian dipromosikan sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri pada September 2016 sekaligus naik pangkat menjadi Irjen.

Setahun kemudian dia dimutasi menjadi Kapolda Metro Jaya menggantikan M Iriawan. Kini dia ditunjuk sebagai Kabareskrim Polri menggantikan Komjen Arief Sulistyanto yang dimutasi menjadi Kalemdiklat Polri.

Selain sukses menangani kasus bom Bali II dan mutilasi tiga siswi di Poso, Idham juga terlibat dalam operasi-operasi skala besar. Seperti Operasi Anti-Teror Bareskrim Polri di Poso (2005-2007), Operasi Camar Maleo (2014-2016), dan Operasi Tinombala (2016).

Penulis: Restu Fadilah

Idham AzisKabareskrim PolriKapolri