BOMBANA, LENTERASULTRA.COM- Tiga calon anggota DPRD terpilih dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Bombana kini sedang bersaing memperebutkan kursi pimpinan DPRD. Namun dari tiga kader yang diusung partai pemenang pemilu di eks otorita Kabupaten Buton itu, nama Husnul Fuadi dan Arsyad dikabarkan bersaing menjadi pucuk pimpinan di parlemen Bombana.
Bahkan kedua kader ini memiliki peluang yang sama untuk menggantikan posisi Ketua DPRD yang saat ini masih dikendalikan Andi Firman, kader dari Partai Amanat Nasional (PAN), pemenang pemilu 2014 lalu. Husnul Fuadi yang akrab disapa Adi, bisa saja merebut kursi pimpinan, karena keponakan Bupati Bombana ini menjadi peraih suara terbanyak dari lima kader lain yang melenggang di DPRD Bombana periode 2019-2024.
Sementara Arsyad juga sangat berpeluang menjadi ketua DPRD setempat. Selain karena kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Nasdem Bombana, dibawah kepemimpinannya, Nasdem akhirnya berjaya dan mencatatkan sejarah sebagai pemenang Pemilu serentak April 2019, di daerah otorita pimpinan ketua DPD Partai Amanat Nasional, Haji Tafdil itu.
Najib Husen, pengamat politik Sulawesi Tenggara mengatakan, tiga kader yang diusung Partai Nasdem ke DPP (Dewan Perwakilan Pusat) sebagai calon ketua DPRD Bombana, memiliki peluang yang sama untuk menduduki posisi tersebut. Namun demikian, untuk merebut posisi ketua di gedung parlemen, partai politik pemenang pemilu biasanya menerapkan dua parameter.
Pertama, kader yang diusung adalah peraih suara terbanyak dan yang kedua siapa yang berkontribusi lebih banyak terhadap partai pemenang itu. Nah dari tiga figur yang diusung, nama Husnul Fuadi dan Arsyad sama-sama memiliki peluang yang lebih besar karena keduanya memenuhi kedua parameter tersebut.
Namun begitu, kedua parameter ini akan menjadi pilihan sulit bagi Partai Nasdem di Bombana. Sebab, ketika yang terpilih sebagai ketua DPRD adalah peraih suara terbanyak, maka yang berkembang adalah fungsi legislatif tidak akan berjalan dengan baik. Disisi lain, jika yang tepilih sebagai pimpinan adalah kader yang memberikan kontribusi yang banyak kepada partai, maka akan menimbulkan gejolak karena selama ini penentuan kursi pimpinan bagi ketua DPRD, lebih banyak yang jadi ukuran atau pertimbangan adalah peraih suara terbanyak.
Selain itu, pertimbangan memberikan kontribusi yang banyak kepada partai itu, ukurannya tidak jelas atau abstark bila dibandingkan dengan pemberian porsi ketua DPRD karena suara terbanyak. “Ini pilihan sulit bagi partai Nasdem, untuk memilih atau menentukan kursi ketua DPRD Bombana, apakah diberikan kepada suara terbanyak atau kepada kader yang sudah memberikan kontribusi,” sambung dosen sosial politik dari Universitas Halu Oleo ini.
Namun Najib mengamati bahwa, mekanisme partai Nasdem lebih banyak melakukan pengambilan keputusan berdasarkan suara tingkat bawah sehingga berpengaruh dengan keputusan di tingkat pusat. “Tetapi ketua DPD Nasdem Bombana, punya peluang yang besar. Tinggal bagaimana meyakinkan rekan-rekan partai atas rekomendasi sebagai calon ketua, serta bagaimana kekuatan komunikasi dan lobi politik yg dibangun dari kader tersebut,” ungkapnya.
Penulis : Yadi