MUNA, LENTERASULTRA.COM – Baru-baru ini bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Muna ke 60, dunia maya Facebook (FB) dihebohkan dengan pernyataan Bupati Muna Barat (Mubar), LM Rajiun Tumada yang menyebut Pemkab Muna pembohong (termaksud pimpinan dan bawahan), hanya karena persoalan undangan.
Pernyataan yang viral itu dilontarkan Rajiun kala menjawab pertanyaan awak media terkait ketidakhadirannya dalam upacara HUT Bumi Sowite pada 4 Juli lalu.
Bupati Muna, LM Rusman Emba sangat menyayangkan pernyataan itu. Apalagi, dilakukan seorang pimimpin suatu daerah sekelas bupati. Menurutnya, itu merupakan gambaran karakter pemimpin emosional yang tidak bisa membedakan mana tutur kata yang baik dan bijak.
“Itu cerminan karakter, apalagi sampai menuduh Pemkab pembohong. Semoga tudingan-tudingan itu tidak terjadi pada masyarakat,” kata Rusman.
Bicara pembohong siapa sebenarnya. Persoalan sampai tidaknya undangan, menurutnya persoalan tehnis. Ia mencontohkan Pemkab Buton Tengah (Buteng) yang jaraknya jauh, tapi bisa hadir.
Sementara Mubar yang ibaratnya anak dari Muna harusnya tanpa diundang pun dapat menghadiri. Apalagi berkaca dari dua tahun sebelumnya, ketika diundang pun juga tidak hadir.
“Jadi saya pikir tidak ada unsur kesengajaan. Yang dikatakan pembohong itu adalah orang-orang ketika mengadakan kegiatan disini (Muna) lantas mencatut nama-nama tokoh masyarakat,” sindirnya.
Mantan senator DPD-RI berharap sebagai seorang pemimpin untuk pandai-pandai bercermin dan mengintropeksi diri sehingga kondusifitas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan bisa berjalan dengan baik dan lancar. Ia juga berharap kejadian itu tidak terulang kembali pada masyarakat.
“Jangan saling mendikte dan menyalahkan hanya karena ada kepentingan. Segeralah lakukan tobat nasuha,” cibirnya.
Sementara itu, Muhamad Safaat, Pemuda Mubar tidak kaget dengan pernyataan Rajiun itu. Katanya, gaya-gaya seperti itu bukan lagi menjadi rahasia umum yang terjadi di Mubar.
Ia hanya menyangkan, sikap seorang pemimpin yang mengumbar bahasa Pemkab Muna pembohong di tengah-tengah publik. Menurutnya, kalimat itu sangat tidak layak dan bijaksana.
“Kalau hanya gegara undangan lantas memveto pembohong, saya pikir bukan pandangan seorang bupati. Seorang bupati itu harusnya memberikan pencerahan pada masyarakat, bukan menciptakan kalimat provokatif,” tuntasnya.