Lenterasultra.com-Perawat honorer di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muna kini sedang gundah. Penyebabnya, sejak Januari hingga Mei 2018 ini, mereka belum pernah menerima insentif dari tempatnya bekerja. Tidak hanya itu, tenaga medis di rumah sakit plat merah Kabupaten Muna itu, belum juga menerima jasa pelayanan perawat periode Oktober hingga Desember 2017.
Selasa (15/5) kemarin, ratusan perawat honorer di RS yang sudah berstatis Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) itu, mempertanyakan penyebab keterlambatan pembayaran hak-haknya kepada dokter Agus Susanto Daud Lindu. Bahkan dihadapan direktur RS, perawat akan mengancam mogok kerja, jika insetif dan uang jasa pelayanan tidak segera dibayarkan.
Namun ancaman mogok kerja tidak membuat nyali Agus Susanto ketir. Buktinya, begitu mendengar ancaman tersebut, sang direktur bukannya mencoba merealisasikan tuntutan pegawai honornya. Dia justru menantang perawat untuk resign dari institutnya, jika tidak menghargai kinerja.
Statmen itu, disampaikan langsung Agus Susanto saat menemui 365 perawat di Aula pertemuan RS. “Kalau tak menghargai kinerja, silahkan keluar. Saya no problem. Saya akan berdayakan PNS yang ada,” tegas dokter spesialis anastesi ini.
Kendati demikian, Agus menyampaikan, pembayaran hak-hak perawat, masih menunggu proses administrasi Rencana Bisnis Anggaran (RBA) tahunan hingga rampung. “Tinggal menunggu ini saja, untuk dibayarkan,” jelasnya tanpa menjelaskan detail, kapan tuntasnya RBA tersebut.
Mendengar lisan direktur untuk resign dari RS, para perawat pun semakin gelisah. Rasa takut pun menghantui pikiran perawat. Tak ada sepatah kata yang keluar dari bibir perawat, saat dijumpai jurnalis pasca pertemuan. Namun, berdasarkan pengamatan, mimik wajah mereka, menggambarkan ada rasa cemas dan galau.
Memang dalam pertemuan itu, perawat mengeluarkan unek-uneknya. Salah seorang perawat mengatakan, uang jasa di triwulan terakhir tahun 2017, bulan dibayarkan hingga saat ini. Begitu pula insentif Januari hingga Mei 2018, juga tak dibayar. “Mau dibayarkan jasa mulai dari bulan empat, padahal sampai hari ini, jasa belum di bayarkan juga,” kesal lelaki yang belakangan diketahui nama bekennya La Bojes.
Sebagai tambahan, uang jasa tak dihitung nominal perbulannya. Melainkan, penggajian berdasarkan perawatan jumlah pasien yang dilakukan perawat. Artinya, besar kecilnya, perawat mendapatkan hak tersebut, tergantung jumlah pasien yang dirawat. Itu terhitung sejak medio Oktober, November hingga Desember. Sementara, untuk insentif tahun 2018, besarannya berbeda-beda pula. Kalau perawat, kisaran Rp 425 ribu perbulannya untuk satu orang. Berdasarkan informasi internal RS, lambannya pembayaran disebabkan Kabid Keuangan Syarifuddin, malas berkantor. (ery)